Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Syariah Mandiri memprediksi likuiditas akan mengetat pada tahun depan seiring dengan pertumbuhan dana yang melambat. Namun, hal tersebut diperkirakan tidak akan berdampak siginifikan terhadap kinerja intemediasi perseroan pada tahun depan.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Syariah Mandiri (BSM) Ade Cahyo Nugroho mengatakan bahwa , Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) diprediksi akan mencapai kisaran 83%—85%. Adapun untuk saat ini, RIM perseroan masih berada di kisaran 80%.
“Mungkin akan ada kenaikan sih, proyeksi kami 83%—85%. Tapi selama ini khusus Bank Syariah Mandiri, tahun depan mungkin kami perkirakan akan naik di kisaran 85%, sejalan dengan ekspansi pembayaan kita,” jelasnya di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Dia mengatakan pengetatan tersebut diprediksi akan terjadi karena pertumbuhan dana yang mulai melambat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, dari sisi penyaluran dana ekspansi pembiayaan perseroan diproyeksikan akan tumbuh di atas rata-rata industri pada tahun depan.
“Pembiayaan kami mungkin sedikit di atas market ya 11%—12%, kalau market kan diperkirakan di kisaran 10%. Nanti DPK [Dana Pihak Ketiga] mengikuti, karena DPK kami masih tumbuh cukup baik,” tambahnya.
Adapun, sampai dengan akhir tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit akan mencapai sekitar 12%. Pertumbuhan pembiayan tersebut akan mengerek RIM perseroan ke level 81%—82% pada akhir Desember.
Meski memprediksi akan terjadi pengetatan likuiditas, dia mengatakan bahwa perseroan telah menyiapkan strategi untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah satunya dengan meningkatkan tingkat transactional banking pada tahun depan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perseroan mulai menyiapkan pemutakhiran sistem layanan perbankan digital dan mobile banking. Menurutnya, hal itu diharapkan dapat memberikan layanan yang lebih prima untuk nasabah agar meningkatkan transaksinya di BSM.
Dengan strategi tersebut, lanjut dia, komposisi dana murah atau current account and saving account (CASA) perseroan diharapkan dapat meningkat ke level 55% pada tahun depan. Adapun, untuk saat ini dia mengatakan bahwa rasio CASA perseroan baru mencapai kisaran 52%.
Menurutnya, di tengah tren suku bunga yang masih terus meningkat, penting bagi perseroan untuk menggenjot pertumbuhan dana murah. Dengan demikian, perseroan diharapkan dapat terhindar dari peningkatan biaya dana akibat kenaikan imbal hasil deposito.
“Perang suku bunga itu ada di deposito, tentu kami tidak bisa jauh-jauh dari suku bunga kalau di deposito. Tapi kami justru, strategi kami memperkuat tabungan dan transactional banking kami,” ujarnya.
GO PUBLIC
Dari sisi permodalan, dia mengatakan bahwa perseroan juga tengah mempersiapkan realisasi rencana melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun depan. Persiapan masih terus dilakukan secara intensif, dan akan mulai dieksekusi pada pertengahan tahun depan.
“Kami mau fokus IPO [Initial Public Offering] dulu, progresnya sekarang masih persiapan-persiapan saja. Penunjukkan underwriter [penjaminan emisi] mungkin di pertengahan tahun depan, arahannya sementara ini masih IPO,” ungkapnya.