Bisnis.com, JAKARTA – Investasi jangka panjang di industri asuransi umum dinilai masih sangat terbuka dengan potensi pasar yang dinilai masih sangat besar.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan mengatakan peluang itu ada lantara penetrasi asuransi di Indonesia baru mencapai 3%. Padahal, jumlah penduduk Indonesia dinilai sangat besar.
Industri asuransi umum pun, ujarnya, masih sangat berpotensi untuk tumbuh.
“Bagi investor yang melihat jangka panjang, maka pilihan investasi di asuransi umum adalah tepat,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (15/1/2019).
Investor, kata Dody, dapat menempuh dua cara untuk masuk ke industri, yakni baik melalui akuisisi perusahaan yang sudah ada maupun membentuk perusahaan baru. Menurutnya, perusahaan yang telah bergerak bisnis yang bersisian dengan usaha asuransi kerugian dapat memanfaatkan celah tersebut.
Opsi pembentukan perusahaan asuransi baru dinilai menjadi cara yang tepat.
“Untuk yang memiliki captive business, saya rasa membuat perusahaan baru bukan pilihan yang jelek,” kata Dody.
Awal tahun ini, dua taipan sepakat mendirikan sebuah perusahaan asuransi umum baru.
PT Asuransi Total Bersama, sebuah perusahaan asuransi kerugian baru yang didirikan oleh sejumlah investor, termasuk dua taipan, Theodore Permadi Rachmat dan Anton Setiawan, siap beroperasi pada pertengahan Januari 2019.
Kedua nama tersebut masuk sebagai pemegang saham paling besar di antara investor lainnya. TP Rachmat memegang 30% saham perusahaan dengan nama dagang‘tob insurance’ itu melalui PT Daya Adicipta Mustika (Daya Group), salah satu grup usaha di bawah Triputra Group.
Sementara itu, Anton Setiawan, yang merupakan pendiri dan komisaris utama PT Tunas Ridean Tbk., dikabarkan masuk sebagai pemegang 15% saham di perusahaan anyar tersebut melalui PT Ananta Andal Prima.
CEO Daya Group Krisgianto Lilikwarga membenarkan bahwa PT Daya Adicipta Mustika menjadi salah satu pemegang saham di perusahaan asuransi umum tersebut. Dia pun mengatakan perusahaan tersebut juga melibatkan Anton Setiawan melalui PT Ananta Andal Prima.
Di samping kedua taipan tersebut, jelasnya, ada lebih dari 10 investor lain yang tergabung sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.
“Daya Group [sahamnya] 30%, kemudian PT Ananta [sahamnya] 15%. Itu dua terbesar, [selebihnya] cukup banyak [investor lain dengan kepemilikan] lebih sedikit,” ujarnya.