Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Kebut Penyaluran Kredit Pada Awal Tahun

Berbeda dengan beberapa tahun belakangan, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengebut penyaluran kredit sejak awal tahun 2019 dan menggeser fokus ke ritel dan konsumer.

Bisnis.com, JAKARTA - Berbeda dengan beberapa tahun belakangan, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengebut penyaluran kredit sejak awal tahun 2019 dan menggeser fokus ke ritel dan konsumer.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menargetkan pertumbuhan kredit 11%-12% pada kuartal I, lebih tinggi dari capaian pada periode yang sama tahun lalu yang berkisar 7%-8%.

Tiko, sapaan akrabnya, mengatakan selama ini pertumbuhan bisnis perseroan cenderung lambat di awal tahun dan mulai terekskalasi pada paruh kedua. Hal ini karena Bank Mandiri berfokus pada segmen korporasi, khususnya infrastruktur yang penarikannya bertahap dan mulai masif pada kuartal akhir.

"Kalau tahun-tahun lalu kami banyak berikan kredit infrastruktur dan biasanya mulai gencar di akhir tahun. Awal tahun 2018 kami hanya tumbuh single digit dan menjadi 12,4% pada akhir tahun. Kali ini kami coba dorong segmen kredit ritel dan konsumer agar mulai kuartal I sudah bisa tumbuh 11%-12%," ujarnya di Jakarta, belum lama ini.

Perubahan strategi itu, kata Tiko, dilakukan demi menjaga pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) dan kinerja perseroan secara keseluruhan. Pasalnya pada tahun lalu NII perseroan mengalami perlambatan, kendati koreksinya tidak sedalam bank lain.

Per akhir 2018, Bank Mandiri membukukan NII sebesar Rp54,62 triliun secara konsolidasi, tumbuh 5,07% secara year on year (YoY) dari periode sebelumnya Rp51,99 triliun.

Perlambatan kenaikan pendapatan bunga bersih akibat naiknya suku bunga acuan BI yang mengerek biaya dana. Selain itu, kredit Bank Mandiri juga lebih banyak disokong segmen korporasi yang tingkat imbal hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan segmen ritel dan konsumer.  

Dari total penyaluran kredit Rp820,1 triliun, tumbuh 12,4% pada akhir 2018, jumlah ke segmen korporasi sebesar Rp325,8 triliun, naik 23,3% (yoy). Adapun segmen ritel tumbuh 10,52% yoy menjadi Rp246,6 triliun sedangkan segmen konsumer sebesar Rp87,4 triliun, naik 11,6%.

Di tengah perlambatan NII, Bank Mandiri masih mampu mencetak laba bersih Rp25,0 triliun, naik 21,2% (yoy) yang juga disumbang oleh kenaikan pendapatan atas jasa sebesar 20,1% menjadi Rp28,4 triliun. 

"Mengingat pada 2019 bisnis bank akan sedikit menantang dan NII akan lebih menurun, jadi strategi kami adalah mendorong pertumbuhan lebih cepat pada awal tahun dan mendorong segmen-segmen seperti otomotif dan konsumer lainnya yang lebih high yield," papar Tiko.

Dihubungi terpisah, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Herry Sidharta mengatakan penyaluran kredit pada awal tahun belum agresif. Pertumbuhan kredit BNI yang banyak ditopang oleh segmen korporasi diperkirakan belum tumbuh signifikan pada kuartal I/2019.  

“Seperti biasanya untuk kuartal I belum signifikan. Masih di single digit dengan kisaran 5%,” kata Herry kepada Bisnis, Senin (4/2/2019).

Meski begitu, BNI masih optimistis mematok pertumbuhan kredit 13% - 15% hingga akhir tahun dengan mempertimbangkan potensi penarikan yang naik pada beberapa kuartal berikutnya.

Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, Direktur Korporasi BNI Putrama Wahju Setiawan mengatakan andalan perseroan masih sama seperti tahun lalu yakni infrastruktur dan manufaktur.

“Terkait rencana ekspansi tahun ini kami masih fokus di infrastruktur dan manufaktur, infra masih di jalan tol, telekomunikasi, dan pembangkit listrik. Target pertumbuhan di kisaran 13%—15%,” katanya.

Guna menyeimbangkan tingkat yield, BNI juga akan menyeimbangkan porsi pembiayaan ke badan usaha pelat merah dan korporasi swasta.

Dalam catatan Bisnis, beberapa bankir lain juga optimistis pertumbuhan kredit pada kuartal awal akan terjaga kendati ada perhelatan pemilihan Presiden 2019.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (PErsero) Tbk. Suprajarto, misalnya, memprediksi kinerja kuartal pertama tahun ini sekitar 12% - 14%, lebih baik dibandingkan tahun lalu yakni 11,2%.  

“Kami juga terbiasa menggenjot kredit pada awal tahun. Tahun ini bisa lebih baik juga karena implementasi pengembangan teknologi yang sudah berjalan baik,”katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper