Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jajal Naik MRT dengan Para Bankir, Ketua OJK Yakin Kredit Infrastruktur Bisa Dioptimalkan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sektor jasa keuangan masih memiliki ruang untuk mengoptimalkan pembiayaan kepada proyek infrastruktur. Sepanjang 2018, hingga November, penyaluran kredit kepada sektor konstruksi dan listrik, gas, serta air menyumbang 9,1% terhadap total portofolio penyaluran dana bank kepada pihak ketiga.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso bersama dewan komisioner OJK dan sejumlah direksi bank menguji coba moda raya terpadu (MRT) Jakarta Fase 1, Kamis (7/2/2019). / Bisnis - M. Khadafi
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso bersama dewan komisioner OJK dan sejumlah direksi bank menguji coba moda raya terpadu (MRT) Jakarta Fase 1, Kamis (7/2/2019). / Bisnis - M. Khadafi

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sektor jasa keuangan masih memiliki ruang untuk mengoptimalkan pembiayaan kepada proyek infrastruktur. Sepanjang 2018, hingga November, penyaluran kredit kepada sektor konstruksi dan listrik, gas, serta air menyumbang 9,1% terhadap total portofolio penyaluran dana bank kepada pihak ketiga.

“Saya sudah happy [senang] dengan kinerja sektor jasa keuangan ke infrastruktur ini. Penyaluran kredit masih bisa dioptimakan. Sektor keuangan selalu siap mendukung proyek infrastruktur,” katanya dalam uji coba rute fase I moda raya terpadu (MRT) Jakarta, Kamis (7/2/2019).

Wimboh menjelaskan bahwa penyaluran kredit kepada sektor infrastruktur menyimpan potensi efek domino terhadap pertumbuhan ekonomi. Dia mencontohkan gerai-gerai penjualan yang akan bermunculan seiring dengan pengoperasian MRT secara resmi mulai bulan depan.

“Ini akan muncul kegiatan ekonomi baru yang akan membuka peluang industri keuangan untuk menyalurkan pendanaan,” kata Wimboh.

Kendati menyimpan potensi efek domino terhadap pertumbuhan ekonomi, tapi penyaluran kredit ke sektof infrastruktur juga menyimpan tantangan. Pasalnya karakteristik kredit infrastruktur yang berjangka panjang tidak sesuai dengan profil sumber dana bank yang didominasi oleh simpanan berjangka pendek.

Menurut Wimboh hal tersebut dapat diantisipasi dengan menggenjot pemanfaatan pasar modal oleh perbankan. Bank diminta secara aktif mengeluarkan surat utang yang bersifat jangka panjang.

Adapun pembangunan MRT fase I menelan biaya sebesar Rp14,2 triliun. Pemerintah mendapatkan pendanaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA).

Sementara itu sektor infrastruktur bergerak agresif sepanjang tahun lalu. Konstruksi, listrik, gas, dan air tumbuh kencang di atas pertumbuhan industri, atau lebih dari 15% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Tren positif tersebut diproyeksikan masih akan berlanjut tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan anggaran, pendapatan, dan belanja negara atau APBN 2019 yang disepakati untuk pembangunan sektor infrastruktur sebesar Rp415 triliun atau tertinggi sejak 2014.

Berdasarkan data OJK, secara tahunan total kredit perbankan kepada pihak ketiga bukan bank sebanyak Rp5.160 triliun per November 2018. Angka tersebut naik Rp555 triliun dibandingkan dengan realisasi November 2017. Pertumbuhan kredit kepada sektor konstruksi, listrik, gas, dan air berkontribusi 14,2% atau Rp78,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Fahmi Achmad
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper