Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. memproyeksikan pertumbuhan kredit infrastruktur baru akan menggeliat mulai kuartal II/2019. Pada periode tersebut laju kredit diprediksi sudah mencapai posisi pada akhir tahun lalu.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa pada awal tahun, penyaluran kredit secara umum akan melambat. Hal itu disebabkan oleh berbagai proyek pemerintah yang masih menunggu kepastian anggaran.
“Semua kalau awal tahun karena anggaran juga kan belum turun jadi pasti sepi. Kuartal II biasanya mulai balik ke posisi Desember, tapi buat infrastruktur rasanya belum start ya, karena mereka [kreditur] juga biasanya masih tunggu APBD APBN,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Jahja mengatakan, BCA selama ini memberikan kredit infrastruktur melalui skema sindikasi. Proyek infrastruktur yang diberikan tidak terbatas pada proyek pemerintah, tetapi juga swasta. Perseroan mengedepankan proyek yang memiliki nilai komersial tinggi atau mendapatkan jaminan pemerintah.
“Kami pilih yang feasible secara komersial, kalau tidak ya yang dijamin pemerintah, yang ada subsidi pasti kami pilih, seperti LRT kan ada subsidi nah kami ikut, karena kalau proyek itu kita ada subsidi tidak berani kalau tidak ada jaminan tidak ada subsidi,” jelasnya.
Sepanjang 2017—2018, penyaluran kredit infrastruktur BCA meningkat 32%. Kredit untuk proyek jalan tol meningkat 62%, sedangkan instalasi air 1.637%. Adapun, proyek kereta api, telekomunikasi, bandara, dan kelistrikan masing-masing meningkat 47%, 22%, 62%, dan 12%.
Baca Juga
BCA memberikan kredit kepada sejumlah proyek jalan tol, di antaranya tol Manado—Bitung, Makasar Seksi IV, Surabaya—Gresik, Nusa Dua—Benoa, dan Semarang—Batang. Adapun beberapa proyek kereta yang dibiayai adalah Ligh Rail Transportation (LRT), kereta bandara Soekarno—Hatta, dan kereta Jabodetabek.