Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Defisit Neraca Perdagangan Jadi Penolong

Penurunan defisit neraca perdagangan pada awal tahun akan memberikan ruang bagi perbaikan defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2019.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam (dari kiri) menyampaikan paparan didampingi Direktur Mohammad Faisal, dan Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Chamdan Purwoko saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Rabu (10/1)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam (dari kiri) menyampaikan paparan didampingi Direktur Mohammad Faisal, dan Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Chamdan Purwoko saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Rabu (10/1)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan defisit neraca perdagangan pada awal tahun akan memberikan ruang bagi perbaikan defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2019.

Kepala Riset CORE Indonesia Piter R. Abdullah mengungkapkan defisit transaksi berjalan pada kuartal IV/2018 cukup besar hingga 3,57 persen, dipicu oleh defisit neraca perdagangan yang cukup besar.

Pada kuartal I/2019 ini, perbaikannya mulai terlihat ketika neraca perdagangan berbalik surplus pada bulan Februari setelah mengalami defisit lebih dari US$1 miliar pada Januari lalu.

"Saya kira neraca perdagangan pada bulan Maret juga akan surplus, walaupun tidak akan besar," ujar Piter, Rabu (03/04/2019).

Kendati membaik, Piter melihat perbaikannya belum akan signifikan. Pasalnya, tantangan yang cukup besar membayangi performa ekspor Indonesia. Untungnya, penurunan ekspornya lebih lambat dibandingkan impor.

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara melihat adanya potensi perbaikan defisit transaksi berjalan pada awal tahun ini. Pasalnya, defisit transaksi berjalan pada kuartal pertama umumnya rendah, kemudian akan bergerak naik pada kuartal kedua.

"Defisit transaksi berjalan menuju ke 2,5 persen, nanti tunggu saja pengumumannya. Mudah-mudahan kuartal I/2019 bisa," ungkap Mirza.

Defisit transaksi berjalan yang terkendali menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan BI dalam menyesuaikan suku bunga acuannya, selain inflasi dan suku bunga acuan di AS.

Ketika disinggung mengenai potensi penurunan suku bunga, Mirza mengungkapkan pihaknya masih harus melihat perkembangan defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2019 dan kuartal II/2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper