Bisnis.com, JAKARTA - Jika Anda berada di awal masa merintis karier dan tengah mencari pijakan menuju kemapanan finansial, ada beberapa hal terkait financial starter kit yang wajib diketahui.
Pengetahuan dasar-dasar pengelolaan keuangan mengingat menjadi urgensi mengingat generasi milenial di era kekinian sering kali dilekatkan dengan budaya konsumtif, sebagai dampak langsung dari teknologi dengan segala kemudahan transaksi dan akses keuangan.
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya menjelaskan, telah terjadi banyak pergerseran nilai-nilai soal finansial jika mengamati perkembangan terbaru generasi milenial kini.
Kebutuhan primer, sekunder dan tersier misalnya, sudah bergeser dari yang dulunya terdiri atas sandang, pangan, papan menjadi segelas kopi di coffee shop dan eksistensi di sosial media.
"Kebiasaan milenial saat ini adalah, punya uang, langsung spend," kata Ivan.
Sebagian anak muda memiliki prinsip you only live once (YOLO) sehingga cenderung hidup dengan gaya foya-foya. Padahal, ada tujuan keuangan di masa mendatang dan keamanan finansial yang harus disiapkan ketika sudah tidak produktif lagi.
Baca Juga
Ivan mengatakan, milenial perlu terlebih dahulu memiliki kesadaran bahwa sangat penting untuk menyiapkan kebutuhan keuangan di masa mendatang.
Tidak hanya bagi kepentigan dirinya, tetapi pengelolaan keuangan yang baik akan mengantarkan seseorang menjadi salah satu kontributor pertumbuhan ekonomi negara. Bagaimana bisa demikian? Investasi adalah jawabanya.
Namun sayangnya, statistik menunjukkan hal yang tidak terlalu menggembirakan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kelompok usia 16-30 tahun ada sekitar 64,3 juta jiwa.
Namun, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dari kelompok tersebut yang memiliki investasi di pasar modal Indonesia, baik saham maupun reksa dana saham, hanya 1,6 juta jiwa.
Survei yang dilakukan IDN Research Institute bekerja sama dengan Alvara Research Center memiliki hasil yang menarik, hanya 10.7% dari pendapatan yang ditabung oleh Millennial, sedangkan 51.1% pendapatan habis untuk kebutuhan bulanan.
Menurut Ivan, hal tersebut bukan hanya menunjukkan kesadaran berinvestasi yang masih rendah, tetapi juga penguasaan dasar-dasar pengelolaan keuangan.
"Harusnya generasi milenial berprinsip tabung dulu, baru keluarkan untuk yang lain, dan bukan sebaliknya," kata Ivan.
Namun, sebelum mulai memikirkan investasi, ada hal yang harus disiapkan lebih dulu, yakni dana darurat atau emergency fund. Dana darurat penting disiapkan untuk mengantisipasi hal-hal yang bersifat mendesak dan mendadak, misalnya biaya hidup ketika tiba-tiba harus keluar dari pekerjaan.
Ivan menjelaskan, bagi mereka yang masih lajang, dana darurat biasanya berjumlah tiga kali dari gaji bulanan. Sedangakn bagi yang sudah menikah, dana darurat sebaiknya disiapkan hingga enam kali gaji bulanan.
"Taruh emergency fund itu di tabungan, atau bisa juga di deposito," ujarnya.
Setelah dana darurat tercukupi, investasi menjdi hal kedua yang bisa dipikirkan. Ivan mengatakan, milenial bisa menggunakan rasio 50-30-20 untuk mengatur pendapatan bulanannya.
Dia melanjutkan, 50% biasanya habis untuk kebutuhan hidup sehari-hari, 30% untuk membayar cicilan dan hiburan, serta 20% adalah untuk tabungan dan investasi.
Namun demikian dia menggarisbawahi 20% porsi tabungan dan investasi harus diprioritaskan dan langsung dialokasikan begitu pendapatan bulanan sudah di tangan. Selain itu, pengelolaan keuangan juga bisa dilakukan dengan mencatatkan pos-pos kebutuhan dan memisahkannya di rekening tertentu.
"Misalnya saya punya dompet belanja harian, uang sekolah, dompet untuk umroh. Pos-pos ini adalah satu perencanaan finansial yang sangat baik, karena membuat kita jadi rapi dan displin," ujarnya.