Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia maksimum Rp1,007 triliun. Dengan ekuitas Bank Royal per Februari 2019 sebesar Rp338,92 miliar, BCA mencaplok dengan harga 3 kali nilai buku (price to book value/PBV).
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan bahwa secara valuasi harga tersebut terbilang tinggi. “Biasanya akusisi perbankan sekitar 2—2,5 kali nilai buku,” katanya kepada Bisnis, Senin (22/4/2019).
Hans menambahkan, Akusisi dengan valuasi tinggi tersebut terjadi karena BCA membutuhkan bank umum kelompok usaha (BUKU) I yang memiliki kinerja keuangan baik dan kualitas aset terjamin. Selanjutnya perusahaan kemungkinan besar akan mengimplementasikan teknologi untuk bersaing dengan perusahaan finansial berbasis teknologi (tekfin).
BCA merupakan satu bank yang mengalokasikan dana besar untuk pengembangan teknologi. Tahun ini perusahaan menganggarkan Rp5,2 triliun untuk pengembangan dan investasi layanan digital.
Seperti diketahui peta persaingan perbankan diprediksi berubah dengan adanya disrupsi teknologi. Digitalisasi layanan akan menjadi tuntutan seiring dengan menjamurnya perusahaan tekfin dalam tiga tahun terakhir.
“Ini kenapa BCA berani bayar dengan harga segitu untuk ambil BUKU I,” jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja sempat mengatakan bahwa Bank Royal akan menjadi satu anak usaha yang fokus pada segmen bisnis tertentu. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan wealth management masuk ke dalam rencana bisnis perusahaan untuk Bank Royal.
Menurut Hans, satu senjata untuk mengincar sektor UMKM adalah dengan menggunakan teknologi. Sektor yang membutuhkan banyak jaringan ini akan sulit mendatangkan profitabilitas apabila mendirikan banyak kantor cabang baru.
“UMKM itu seksi sekali. Bunga tinggi, lebih dari 20% per tahun. BCA yang punya banyak sumber dana murah akan dapat return tinggi,” kata Hans.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi, porsi dana murah (current account saving account/CASA) BCA mencapai sekitar 77% dari total dana pihak ketiga. Perusahaan berupaya menjaga rasio tersebut hingga akhir tahun ini.
Adapun berdasarkan laporan keuangan publikasi, Bank Royal membukukan pertumbuhan aset sebesar 4,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp919,28 miliar dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) per Desember 2018 sebesar 2,26%. Akan tetapi pada dua bulan pertama tahun ini dana pihak ketiga (DPK) dan kredit perusahaan terkoreksi negatif. DPK dan kredit masing-masing turun 5,7% yoy dan 4,5% yoy.