Bisnis.com, JAKARTA -- PT Oriente Mas Sejahtera (Finmas) menilai edukasi masyarakat menjadi poin utama dalam mengembangkan industri peer to peer (P2P) lending.
Presiden Direktur Finmas Peter Lydian mengatakan rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola keuangan menjadi cerminan literasi keuangan di dalam negeri. Hal tersebut juga berujung kepada kenyataan bahwa masyarakat belum teredukasi soal risiko dan manfaat layanan P2p lending.
“Kami juga ingin memperbaiki perspektif keliru di masyarakat. Ini tanggung jawab kami sebagai pemain karena ujung-ujungnya kalau literasi keuangan paralel dengan inklusinya, [fintech] akan menjadi faktor penggerak ekonomi,” katanya saat berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia, Rabu (24/4/2019).
Untuk saat ini, lanjutnya, yang paling penting adalah mengetahui perbedaan fintech yang legal dan ilegal. Apalagi OJK dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sudah memiliki serangkaian regulasi yang mengatur bisnis pinjam meminjam lewat online ini, mulai dari batasan bunga hingga penagihan.
“Kami membentuk direktorat sendiri yang bertugas berinteraksi dengan asosiasi, OJK, mapun lembaga konsumen lainnya untuk membangun program [edukasi] yang bisa didorong ramai-ramai,” ujarnya.
Finmas merupakan perusahaan P2P lending patungan antara Oriente yang berbasis di Hong Kong dan Sinar Mas Group.
Pada tanggal 28 November 2018 lalu, Oriente mengumumkan bahwa perusahaan telah menyelesaikan pendanaan putaran pertama sebesar US$105 juta.
Pendanaan ini termasuk investasi dari para pendiri dan sekelompok perusahaan keluarga, termasuk anggota dalam Berjaya Group, JG Summit Holdings, Inc., dan Sinar Mas. Pendanaan ini merupakan salah satu pendanaan terbesar yang dilakukan oleh Oriente di Asia, bahkan dalam industri Fintech di seluruh dunia.