Bisnis.com, JAKARTA - Rabobank Indonesia resmi tutup pada akhir April 2019 menambah catatan kelam ekspansi Bank Eropa di Indonesia. Sebelum Rabobank, ada beberapa bank dari Benua Biru yang harus menyerah bersaing di industri perbankan tanah air.
Dari situs resmi perseroan, Rabobank ekspansi ke Indonesia lewat badan hukum PT Bank Rabobank International Indonesia pada 1990. Bank itu adalah anak usaha Rabobank Group yang berpusat di Utrecht, Belanda.
Rabobank memiliki fokus penyaluran kredit pada sektor pangan dan agribisnis. Perseroan menilai sektor pangan dan agribisnis memiliki peluang yang besar.
Namun, Rabobank Indonesia mengumumkan surat resmi kepada para nasabahnya terkait penutupan perusahaan bank tersebut.
"Keputusan ini cukup sulit, tetapi menjadi bagian utama strategi global Rabobank Group terkait visi Banking For Food yang terfokus pada rantai pasok internasional untuk sektor pangan dan agrikultur," tulisnya dalam surat tersebut.
Nantinya, penghentian Rabobank Indonesia akan dilakukan secara bertahap. Perseroan sudah mengajukan permohonan izin penutupan kantor cabang kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Laporan keuangan yang dirilis terakhir kali adalah September 2018.
Pada periode itu, Rabobank masih mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13,23% menjadi Rp9,43 triliun dibandingkan dengan akhir 2017.
Kualitas kredit atau rasio kredit bermasalah kotor Rabobank Indonesia sebesar 3,58%. Rasio itu lebih tinggi ketimbang September 2017 yang sebesar 2,86%.
Lalu, dari segi penghimpunan dana, perseroan mencatatkan penurunan sebesar 6,17% menjadi Rp7,46 triliun dibandingkan dengan akhir 2017.
Dari sisi laba bersih, perseroan harus mencatat kerugian senilai Rp132,21 miliar dibandingkan dengan 2017 yang masih laba Rp10,26 miliar.
Royal Bank of Scotlandia cabang Indonesia
Sebelum Rabobank, ada salah satu bank Eropa yang mengumumkan penghentian operasinya di Indonesia yakni, Royal Bank of Scotlandia (RBS). Bank yang berstatus kantor cabang bank asing (KCBA) itu menutup seluruh kegiatan operasinya mulai 2017.
RBS N.V di Belanda telah menyampaikan kepada OJK terkait rencana penghentian operasinya sejak 1 November 2016.
Selain di Indonesia, RBS memang tengah gencar menutup jaringan bisnisnya di 25 negara.
Sebelum hengkang dari Indonesia, RBS masih mengumumkan laporan keuangan terakhirnya pada kuartal III/2016.
Kala itu, RBS sudah tidak memiliki debitur kredit lagi pada periode kuartal ketiga 2016 maupun akhir 2015.
Dari sisi kualitas kredit, RBS juga sudah mencatatkan rasio kredit bermasalah 0%. Sebelumnya, pada kuartal III/2015, bank itu memiliki rasio kredit bermasalah kotor sebesar 3,1%.
Lalu, dari sisi penghimpunan dana, RBS mencatatkan penurunan sebesar 98,79% menjadi Rp5,77 miliar.
Kemudian, RBS juga mencatatkan rugi senilai Rp14,64 miliar pada kuartal III/ 2016. Sebelumnya, RBS masih bercuan Rp27,95 miliar pada kuartal III/2015.
PT Bank Credit Agricole Indosuez
Sekitar satu dekade sebelumnya, ada bank asal Prancis yang memutuskan hengkang dari Indonesia. Bank itu adalah PT Bank Credit Agricole Indosuez.
Dikutip dari Bank Indonesia, izin usaha Bank Credit Agricole Indosuez dicabut pada 27 Januari 2003. Pencabutan izin itu atas permintaan pemegang saham bank tersebut.
Bank Credit Agricole Indosuez berencana hengkang setelah para pemegang sahamnya setuju dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 4 Juli 2002.
Alasan utama bank asal Prancis itu tutup adalah memburuknya kinerja perseroan. Upaya restrukturisasi kredit dan penambahan modal yang sudah dilakukan tidak mampu menyelamatkan bank tersebut.
Bank Credit Agricole Indosuez sudah beroperasi di Indonesia sejak 1994. Sebelumnya, bank itu bernama PT Indosuez Indonesia Bank.