Bisnis.com, JAKARTA -- Meski belum berharap banyak pada pendapatan bunga, PT Bank BTPN Tbk. optimistis adanya perbaikan kinerja dengan menggenjot fee based income pada kuartal II/2019.
President & CEO PT Bank BTPN Tbk. Ongki Wanadjati Dana menuturkan pendapatan operasional non bunga merupakan pos yang dapat membuat perbaikan kinerja perseroan pada kuartal kedua tahun ini.
Hal ini seiring dengan meningkatnya fokus dalam menggarap segmen korporasi, yang memberi kesempatan perseroan meningkatkan dengan pendapatan fee dari bisnis korporasi, seperti trade finance, valuta asing, dan transaksi sindikasi
"Kami bank besar. Kami mempunyai kesempatan untuk menggenjot fee based income lebih baik," katanya, usai acara Halal Bihalal Bank Indonesia, Senin (10/6/2019).
Adapun, pendapatan operasional selain bunga dari pos komisi/provisi/fee dan administrasi kuartal I/2019 Bank BTPN tercatat Rp103,24 miliar, atau tumbuh 53,35% (year-on-year/yoy). Pos ini menyumbang 8,27% dari total pendapatan operasional non bunga.
Akan tetapi, laba bersih konsolidasian perseroan tercatat turun dari Rp535 miliar pada Maret 2018 menjadi Rp507 miliar atau turun 5,3% (year on year/yoy).
Penurunan laba bersih tersebut sejalan dengan rasio margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang juga menurun dari 11,30% per kuartal I/2018 menjadi 6,95% pada kuartal I/2019.
Perseroan mengklaim turunnya laba perseroan ini lebih dikarenakan penggabungan usaha atau merger antara Bank BTPN dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).
Pada kuartal II/2019 ini, Ongki menyampaikan tekanan pendapatan bunga masih begitu terasa. Perseroan tidak dapat mentransfer peningkatan biaya dana kepada nasabah kredit, yang didominasi oleh nasabah korporasi.
Pasalnya, penetapan suku bunga kredit korporasi selalu berdasarkan perjanjian yang cukup detail, dan tidak dapat diubah tanpa ada pembahasan dengan nasabah sebelumnya.
Di sisi lain, meski tak menyebutkan angka spesifik, dia menuturkan perseroan juga belum akan begitu agresif dalam menyalurkan kreditnya pada kuartal kedua tahun ini.
Hal tersebut membatasi perseroan dalam meningkatkan pos pendapatan berbasis bunga.
"Kami optimistis penyerapan kredit pada kuartal kedua akan lebih baik. Hambatan dari tensi politik juga sudah selesai. Namun, semester pertama ini kami masih memilih untuk konservatif dalam penyaluran," ucapnya.
Adapun, nilai penyaluran kredit Bank BTPN bergerak di kisaran Rp60 triliun. Namun, aksi merger awal tahun ini membuat nilai penyaluran kredit perseroan menjadi Rp132,33 triliun