Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. tidak khawatir dengan potensi aliran modal keluar atau capital outflow. Bank milik negara ini mengatakan sumber pendanaan dalam negeri masih cukup untuk menjaga ekspansi kredit.
Kendati demikian pejabat sementara Direktur Finance,Treasury & Strategy BTN Nixon L.P Napitupulu tidak memungkiri mencari likuiditas melalui dana konvensional masih tergolong sulit saat ini. Perusahaan pun mengakali dengan rencana penerbitan surat berharga pada akhir tahun.
“Mengandalkan DPK [dana pihak ketiga] itu susah karena kebanyakan kredit kita itu KPR [kredit pemilikan rumah],” katanya kepada Bisnis di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Senin (10/6/2019).
Pada akhir tahun ini BTN hendak menerbitkan obligasi subordinasi senilai Rp3 triliun. Selain untuk ekspansi pembiayaan, surat utang itu juga digunakan untuk menjaga rasio kecukupan modal minimum (capital adequacy ratio/CAR) tetap pada posisi 18%.
Sementara itu per kuartal I/2019 rasio simpanan terhadap kredit (loan to deposit ratio/LDR) BTN sebesar 112%. Likuditas perusahaan mengetat dari tahun lalu, di mana posisi LDR masih 104%.
Nixon mengatakan proyeksi LDR pada akhir tahun ini akan sekitar 110%—112%, atau kurang lebih setara dengan capaian triwulan pertama tahun ini. “Kami try harder [kerja keras] untuk menurunkan [LDR], tapi memang kami tidak bisa mengandalkan DPK [dana konvensional] untuk menjaga bisnis utama [KPR],” jelasnya.
Adapun sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) meminta pelaku industri perbankan mewaspadai dampak perang dagang antara China dan Amerika Serikat yang diperkirakan masih akan berlanjut. Menurut Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah apabila perang dagang memburuk, maka pertumbuhan ekonomi global akan melambat. Investor dalam kondisi itu berpotensi menarik modal keluar dari negara berkembang dan dialihkan dalam bentuk investasi mata uang maupun emas.