Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. masih belum memutuskan untuk melakukan revisi rencana bisnisnya pada tengah tahun ini.
Direktur Utama Bank BNI Achmad Baiquni mengatakan perbankan memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan target bisnis pada dengan memperhatikan perkembangan selama enam bulan pertama.
"Masih akan dirapatkan," kata Baiquni kepada Bisnis, baru-baru ini.
BNI menargetkan dapat mencetak pertumbuhan kredit di kisaran 13% - 15% secara tahunan per akhir 2019. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan capaian akhir tahun 2018 dengan pertumbuhan sebesar 16,2% secara year on year (YoY).
Adapun pada awal tahun ini, Bank BNI termasuk salah satu bank dengan pertumbuhan tertinggi.
Per akhir kuartal I/2019 penyaluran kredit perseroan tercatat naik 18,6% (YoY) menjadi Rp521,35 triliun. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) Bank BNI naik 16,8% (YoY) menjadi Rp575,75 triliun.
Perkembangan fungsi intermediasi dan penghimpunan pendanaan tersebut membuat Bank BNI mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,08 triliun atau naik 11,5% (YoY).
Di lain pihak, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi tidak banyak yang akan melakukan revisi turun target bisnisnya pada pertengahan tahun ini.
"Sampai saat ini saya belum melihat mereka merevisi ke bawah," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana.
Heru masih optimistis proyeksi kinerja perbankan hingga akhir tahun mampu terjaga sesuai target. Menurutnya perkembangan sepanjang lima bulan pertama ini juga masih sesuai ekspektasi.
"Per Mei pertumbuhannya 11,55%. Ini masih ada sisa tujuh bulan, target kita 12% plus minus 1% masih bisa tercapai," katanya.
OJK mencatat perkembangan kredit perbankan mulai mengalami penguatan pada Mei 2019 dibandingkan dengan bulan April 2019 yang mencapai 11,05%, didorong segmen kredit korporasi.
Heru menjelaskan, penopang pertumbuhan tersebut mayoritas berasal dari bidang produktif, terutama untuk infrastruktur.
Adapun dari sisi penghimpunan DPK masih tercatat stabil di kisaran 6% - 7% per Mei 2019. "Untuk DPK memang growthnya tidak secepat kredit, tapi kami terus kerja sama dengan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan supaya nanti likuiditasnya tidak terganggu. Mereka terus mendukung kami terkait kebijakan likuiditas pasar," paparnya.