Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wangi PAYDI Memikat Industri Asuransi Jiwa pada Awal Tahun Ini

Sejumlah perusahaan asuransi jiwa melirik potensi produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi atau PAYDI (unit-linked) dengan meningkatkan porsinya pada Q1/2019. Padahal, PAYDI dinilai memiliki andil besar pada menurunnya hasil investasi industri pada tahun lalu.
Karyawan berdiri di dekat logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), di Jakarta, Selasa (15/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawan berdiri di dekat logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), di Jakarta, Selasa (15/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah perusahaan asuransi jiwa melirik potensi produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi atau PAYDI (unit-linked) dengan meningkatkan porsinya pada Q1/2019. Padahal, PAYDI dinilai memiliki andil besar pada menurunnya hasil investasi industri pada tahun lalu.

Presiden Direktur sekaligus CEO PT Asuransi Jiwa Sequis Life Tatang Widjaja menjelaskan, perusahaannya mendongkrak kontribusi PAYDI terhadap total premi dari 25% pada tahun lalu menjadi 55% pada Q1/2019. Menurut dia, langkah tersebut didorong oleh dua hal, yakni kinerja 2018 dan potensi dari membaiknya kondisi pasar modal.

Tatang menjeaskan, kontribusi produk tradisional yang mencapai 75% pada 2018 dinilai menggerus profit dan menekan kinerja perseroan. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2018, SequisLife membukukan laba Rp565,5 miliar atau turun 38,7% dari 2017 senilai Rp1,001 triliun.

Langkah mendorong kontribusi PAYDI dinilai membuahkan hasil, terlihat dari hasil investasi Sequis Life pada Q1/2019 senilai Rp523,5 miliar. Capaian tersebut berbalik untung dibandingkan dengan hasil investasi Q1/2018 yang minus Rp71,5 miliar.

Capaian hasil investasi itu pun, menurut Tatang, turut mendorong lonjakan laba Sequis Life pada Q1/2019 hingga 238,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (quartal to quartal/q-to-q). Berdasarkan laporan kinerja perseroan, laba Q1/2019 tercatat senilai Rp289,8 miliar, atau tumbuh dari Q1/2018 senilai Rp85,5 miliar.

"Q1/2019 secara profit bagus tapi jualan bisnis [premi] tidak begitu baik. Karena kita hadapi pemilu, ada gangguan pada penjualan. Namun, pada kuartal kedua, menunjukkan terjadinya akselerasi penjualan. Tahun ini kami akan fokus pada produk unit-linked," ujar Tatang kepada Bisnis.com.

Tatang menjelaskan, pihaknya menargetkan kontribusi PAYDI dapat mencapai 60%–70% pada akhir 2019. Untuk mencapai target tersebut, SequisLife dinilai perlu mengubah paradigma nasabahnya dalam memilih produk, yakni terus diedukasi untuk memilih proteksi yang diperlukan dan mengenai manfaat dari PAYDI.

PT BNI Life Insurance turut mencatatkan peningkatan kontribusi PAYDI terhadap total premi, dari 20%–30% pada awal tahun ini menjadi 45% pada Mei 2019. Head of Corporate Secretary & Corporate Communication BNI Life Arry Herwindo menjelaskan, pergerakan kontribusi tersebut sejalan dengan kebutuhan nasabah.

Dengan kontribusi PAYDI yang meningkat, hasil investasi BNI Life tercatat meroket hingga 1449,3% (year on year/yoy). Pada Q1/2019 hasil investasi tercatat senilai Rp406,8 miliar, meningkat dari Q1/2018 senilai Rp26,2 miliar, bahkan mendekati hasil investasi BNI Life sepanjang 2018 senilai Rp480,2 miliar.

Untuk terus menggenjot kinerja, menurut Arry, BNI Life akan mendorong investasi pada instrumen obligasi dan membatasi investasi saham. Hal tersebut didorong oleh kondisi harga pasar saham dan obligasi yang mengalami kenaikan, yang turut mendongkrak kinerja investasi perseroan.

"Investasi lebih pada obligasi dilakukan mengingat masih akan adanya lanjutan turunnya suku bunga dan perang dagang Amerika Serikat dengan China yang dapat berdampak positif pada harga pasar obligasi. Lalu kami membatasi eksposur saham karena risk return profile-nya lebih menguntungkan berinvestasi di obligasi daripada saham," ujar Arry kepada Bisnis, Selasa (18/6/2019).

Salah satu perusahaan dengan kontribusi PAYDI terbesar, PT Prudential Life Assurance, turut mencatatkan kinerja positif pada awal tahun ini. Kontribusi PAYDI Prudential pada Q1/2019 tercatat sebesar 81,05% atau Rp4,61 triliun, dari total premi senilai Rp5,69 triliun.

Meskipun kontribusi tersebut menurun tipis dibandingkan dengan Q1/2018 sebesar 81,4%, Prudential membukukan hasil investasi Rp2,69 triliun pada Q1/2019. Jumlah tersebut berbalik untung dibandingkan dengan capaian Q1/2018 senilai Rp1,72 triliun, bahkan jika dibandingkan dengan hasil investasi sepanjang 2018 yang minus Rp807 miliar.

Presiden Direktur Prudential Jens Reisch menjelaskan, capaian hasil investasi pada Q1/2019 didorong oleh kontribusi PAYDI disertai penempatan investasi pada instrumen jangka panjang. Kondisi pasar modal yang membaik pada awal tahun membawa angin segar bagi Prudential.

"Kalau dilihat sejarahnya di Indonesia, goyang-goyang [kinerja pasar modal] pasti ada tetapi recovery-nya cepat, instrumen investasi jangka panjang rekam jejaknya bagus-bagus. Mayoritas [instrumen investasi] Prudential ke reksadana juga saham," ujar Jens pada Rabu (19/6/2019).

Hasil investasi yang cuan pada awal tahun ini belum berhasil mendorong laba perseroan yang menurun 5,2% secara tahunan (year on year/yoy). Pada Q1/2019, laba Prudential tercatat senilai Rp1,09 triliun, menurun dari Q1/2018 senilai Rp1,15 triliun.

Kontribusi PAYDI terhadap total premi industri asuransi jiwa tercatat terus bertambah. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), kontribusi PAYDI pada 2018 mencapai 59,3%, meningkat dari 51% pada 2015, 52,8% pada 2016, dan 52,2% pada 2017.

Meskipun kontribusi produk PAYDI meningkat, total investasi asuransi jiwa pada 2018 tercatat menurun 5,75% senilai Rp461,8 triliun, dari Rp490,01 triliun pada 2017.

Hal tersebut, disertai gejolak kinerja pasar modal pada 2018, membawa pengaruh besar pada hasil investasi asuransi jiwa yang terperosok hingga 540,9% pada 2018 menjadi minus Rp7,8 triliun, dari 2017 senilai Rp50,19 triliun.

ANGIN SEGAR Q2/2019
Jens menjelaskan, pihaknya optimistis kinerja investasi pada kuartal kedua tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan kuartal pertama. Membaiknya kondisi pasar modal dinilai menjadi motor utama tumbuhnya kinerja investasi pada Q2/2019.

"Saya belum bisa bicara hasil [investasi pada Q2/2019], masih ada blackout period, tetapi fenomenanya recovery ada beberapa faktor. Ada pemilu, ada fluktuasi pasar modal, saya yakin Q2/2019 lebih mudah untuk semua," ujar Jens.

Dia menilai kinerja investasi Q1/2019 cukup menantang karena harus bangkit dari catatan negatif pada 2018. Dia menilai, salah satu langkah yang dapat mendorong kinerja investasi adalah edukasi terhadap nasabah, khususnya nasabah yang membeli PAYDI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper