Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mencatat pertumbuhan uang elektronik berbasis cip masih tinggi. Namun, akseptasinya belum seluas uang elektronik berbasis server.
Direktur Konsumer BRI Handayani mengatakan, per Juni 2019, jumlah transaksi uang elektronik BRI tumbuh 39% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 475 juta transaksi.
“Terbesar masih untuk jalan tol,” katanya kepada Bisnis, Senin (15/7/2019).
Selain jumlah transaksi, hingga Mei 2019, uang elektronik beredar juga tumbuh signifikan. Pada Mei 2019, tercatat jumlah uang elektronik beredar BRI sebanyak 13,64 juta keping atau naik 32,9% yoy.
Selanjutnya, perusahaan akan berupaya memperdalam penetrasi uang elektronik melalui kerja sama dengan berbagai pihak. Hal itu diharapkan akan melahirkan uang elektronik edisi khusus untuk mengincar segmen tertentu.
Sementara itu, data Bank Indonesia menangkap bahwa per Mei 2019, uang elektronik berkontribusi sebesar 14,0% terhadap total nilai belanja alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan uang elektronik. Pada periode yang sama tahun lalu, sumbangsinya masih kurang dari 7%.
Baca Juga
Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan transaksi uang elektronik yang jauh di atas rata-rata alat pembayaran melalui kanal digital lainnya. Selama tiga tahun terakhir, uang elektronik tumbuh 2—3 kali lipat.
Sejak Januari—Mei 2019, nilai transaksi per bulan uang elektronik terus menguat. Pada bulan pertama tahun ini, nilai belanja uang elektronik tumbuh 66,6% yoy menjadi Rp5,8 triliun. Data terakhir, Mei 2019, uang elektronik naik 262,6% yoy menjadi Rp12,8 triliun.
Sementara itu, secara total bank sentral mencatat nilai belanja nontunai naik 22,9% per Mei 2019 menjadi Rp315,4 triliun. Pada periode tersebut, kartu debit dan kartu kredit tumbuh masing-masing 26,31% yoy dan 12,9% yoy.
Capaian tersebut tidak lepas juga dari bertambahnya pemain yang mengincar ceruk pasar sistem pembayaran uang elektronik baik yang berbasis chip maupun server.
Pada bulan kelima tahun ini penerbit uang elektronik tumbuh 40,7% menjadi 38 perusahaan. Lebih dari separuhnya adalah perusahaan finansial berbasis teknologi (tekfin), sedangkan lainnya terdiri dari 11 bank, dan sisanya perusahaan telekomunikasi dan switching.