Bisnis.com, JAKARTA – Minat masyarakat menggunakan uang elektronik untuk transaksi harian kian meningkat. Hal tersebut terlihat dari naiknya rasio nilai belanja uang elektronik terhadap total belanja alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan uang elektronik.
Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa per Mei 2019, uang elektronik berkontribusi sebesar 14% terhadap total nilai belanja APMK dan uang elektronik. Pada periode yang sama tahun lalu, sumbangsinya masih kurang dari 7%.
Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan transaksi uang elektronik yang jauh di atas rata-rata alat pembayaran melalui kanal digital lainnya. Selama tiga tahun terakhir uang elektronik tumbuh 2—3 kali lipat.
Sejak Januari—Mei 2019, nilai transaksi per bulan uang elektronik terus menguat. Pada bulan pertama tahun ini, nilai belanja uang elektronik tumbuh 66,6% yoy menjadi Rp5,8 triliun. Data terakhir, Mei 2019, uang elektronik naik 262,6% yoy menjadi Rp12,8 triliun.
Sementara itu, secara total bank sentral mencatat nilai belanja nontunai naik 22,9% per Mei 2019 menjadi Rp315,4 triliun.. Pada periode tersebut, kartu debit dan kartu kredit tumbuh masing-masing 26,31% yoy dan 12,9% yoy.
Capaian tersebut tidak lepas juga dari bertambahnya pemain yang mengincar ceruk pasar sistem pembayaran uang elektronik, baik yang berbasis chip maupun server.
Baca Juga
Pada bulan kelima tahun ini, penerbit uang elektronik tumbuh 40,7% menjadi 38 perusahaan. Lebih dari separuhnya adalah perusahaan finansial berbasis teknologi (tekfin), sedangkan lainnya terdiri dari 11 bank, dan sisanya perusahaan telekomunikasi dan switching.