Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia akan mengoptimalisasi kinerja anak usaha yang dinilai kurang memberikan kontribusi positif pada pendapatan perseroan.
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Haru Koesmahargyo mengatakan, saat ini perseroan tengah dalam proses membenahi kinerja anak usaha, terutama yang baru diakuisisi perseroan.
Berdasarkan paparan kinerja, perseroan membukukan laba konsolidasi Bank BRI sebesar Rp16,16 triliun atau tumbuh 8,19 persen secara tahunan.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, pertumbuhan laba BRI yang sebesar 8,19 persen itu melambat dari sebelumnya yang tercatat sebesar 11 persen. Namun, jika secara bank only, laba Bank BRI tumbuh sebesar 11,3 persen.
Perseroan menyatakan selain disebabkan faktor kenaikan beban khususnya beban dana, perlambatan juga dipengaruhi oleh kinerja anak usaha yang membebani perseroan, salah satunya anak usaha di bidang sekuritas.
“Beberapa memang baru kami akuisisi, masih proses memang, akan kami kembangkan juga,” katanya, Senin (20/8/2019).
Haru mengutarakan, berdasarkan rencana besar bank, bisnis perseroan tidak hanya terpaku pada pendapatan bunga, melainkan terdiversifikasi, yaitu melalui pendapatan fee dan pendapatan lainnya dari anak usaha.
Seperti diketahui, pada akhir tahun lalu, BRI mengakuisisi dua anak usaha baru yakni PT Danareksa Investment Management dan PT Danareksa Sekuritas.
Sebelumnya, Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan telah melakukan upaya pembenahan terhadap anak usaha yang bermasalah. Pihaknya optimistis proses pembenahan dapat rampung pada tahun ini sehingga kontribusi anak usaha terhadap pendapatan konsolidasi dapat meningkat.
Selain Danareksa, perseroan juga tengah membenahi kinerja anak usaha di bidang perbankan terutama BRI Agro dan BRI Syariah. Performa dua anak usaha tersebut juga sempat membebani BRI dan mengerek rasio kredit bermasalah.
Lebih lanjut, Haru mengatakan, salah satu anak usaha, BRI Agro akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih untuk ekspansi bisnis sekaligus mendorong BRI Agro naik kelas ke Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III.
“Targetnya kurang lebih sekitar Rp700 miliar, sehingga nanti sebagai BUKU III, banyak aktivitas yang bisa dilakukan BRI Agro, termasuk menjadi bank kustodian,” tuturnya.
Bisnis mencatat, harga saham yang ditawarkan pada saat emisi akan lebih rendah jika dibandingkan dengan harga pasar. Adapun, perseroan ingin memperbesar porsi kepemilikan saham publik yang saat ini baru sekitar 13 persen.
Dalam prospektus yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia, BRI Agro menyebutkan total jumlah saham baru yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 3 miliar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham, atau sekitar 12,32 persen dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan sebelum pelaksanaan PMHMETD IX.
Pelaksanaan HMETD akan meningkatkan modal ditempatkan dan disetor penuh sekitar 12,32 persen dari sebelumnya. Pemegang saham yang tidak mengambil haknya, akan terdilusi maksimum 12,32 persen.
BRI Agro mencatat, total kredit yang disalurkan perseroan pada semester I/2019 sebesar Rp17,58 triliun atau tumbuh 33,56 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Namun, rasio kredit bermasalah perseroan tercatat meningkat menutup paruh pertama tahun 2019 ini. Non-performing loan (NPL) gross BRI Agro tercatat di level 4,43 persen, periode yang sama tahun 2018 tercatat di level 2,20 persen. NPL nett perseroan juga meningkat, tercatat di level 3,52 persen pada kuartal II/2019, sementara tahun lalu NPL nett berada di level 1,37 persen.