Bisnis.com, CIANJUR — Sektor mikro yang cenderung naik turun ternyata tak menyurutkan PT Bank Syariah Mandiri untuk menggeluti fokus ini. Khususnya dalam membantu nasabah segmen mikro dalam melakukan perluasan usaha.
Branch Manager Mandiri Syariah Kantor Cabang (KC) Cipanas Evi Selfiawati mengatakan meski tetap menerapkan prinsip kehatian-hatian, dalam menyalurkan pembiayaan sektor usaha wong cilik ini pihaknya terus menjaga pada porsi 20 persen, yang juga sesuai ketetapan regulator saat ini.
Per Juli 2019, Evi mengaku kantornya telah menyalurkan pembiayaan mikro sebesar Rp8,3 miliar dari target Rp9 miliar sampai akhir tahun ini. Sementara itu, total pembiayaan yang sudah disalurkan KC Cipanas sebesar Rp40 miliar.
"Kalau sektornya dimikro kami sudah hampir garap semua mulai dari petani, pedagang, hingga perseorangan," katanya saat ditemui di kawasan Cianjur, Jawa Barat, Kamis (22/8/2019).
Evi menambahkan dalam pembiayaan usaha sektor mikro tersebut, pihaknya mengaku tidak memiliki hambatan yang berarti. Hal itu tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) ratio yang nyaris di angka 0 persen.
Dia menyebut, dari seluruh nasabah mikro yang dibiayai hanya ada satu nasabah yang menjadi penyumbang NPF di kawasannya. Hal itu juga dikarenakan musibah sakit yang dialami dan bukan karena usahanya yang bermasalah.
Menurut Eva, hal itu berkat upaya selektif yang dilakukannya dalam menyalurkan pembiayaan. Bagi Eva, bermitra dengan pengusaha yang memiliki bisnis dengan proyeksi jangka panjang dan sudah memiliki riwayat sebelumnya menjadi hal utama.
Adapun salah satu mitra BSM yakni pemilik bisnis perkebunan bunga potong oleh Rahmat Hidayat (61) di Desa Sukanagalih, Cianjur, Jawa Barat. Bisnis yang digelutinya bersama istri dan tujuh pegawai itu sudah berjalan sekitar tujuh tahunan.
Rahmat mengatakan ketika bisnis bunga potong mawarnya berjalan, kala itu dia membutuhkan perluasan lahan untuk memenuhi permintaan pelanggan.
"Akhirnya sudah dua tahunan ini saya memakai pembiayaan dari BSM senilai Rp200 juta dengan cicilan Rp5 juta per bulan selama lima tahun," katanya.
Adapun pembiayaan mikro BSM yang diterima Rahmat merupakan nilai pembiayaan terbesar. Pasalnya, dalam kelompok pembiayaan mikro BSM memberikan pembiayaan mulai dari Rp11 juta sampai dengan Rp200 juta.
Rahmat mengaku, dengan dana tersebut dia bisa menambah lahan hingga total lahan untuk bisnis bunga mawarnya menjadi 1.200 m2 saat ini. Dia mengaku kala itu untuk menambah 1 m2 lahan dibutuhkan dana Rp1 juta.
Sementara itu, harga jual yang ditawarkan Rahmat pada tengkulak untuk setiap ikat bunga mawar mulai dari Rp40.000 - Rp60.000. Adapun setiap ikat berisi 20 tangkai mawar yang bisa dipilih warnanya sesuai selera.
Tak hanya menjual pada tengkulak, Rahmat pun menjual pada masyarakat atau wisatawan yang berminat melakukan kunjungan ke kebunnya. Rahmat juga mengijinkan mereka melakukan pemotongan bunga sendiri. Untuk kegiatan wisata ini, per tangkai akan dijual Rp5.000.
"Kalau dulu saya juga memasok untuk Taman Bunga Nusantara dan lainnya sebulan bisa dapat Rp40 juta, sekarang karena cuaca juga tidak bagus dan banyak bunga saya yang perlu peremajaan pendapatan sebulan jadi hanya sekitar Rp20 juta - Rp30 juta," ujarnya.