Bisnis.com, JAKARTA — Nama Ario Bimo mungkin belum tenar di dunia perbankan. Pria kelahiran Jakarta, 24 Januari 1981 ini baru saja dilantik menggantikan Anggoro Eko Cahyo untuk posisi Direktur Keuangan PT Bank Neagara Indonesia (Perseo) Tbk. atau BNI.
Bagi Bimo, sapaan akrabnya, posisi yang baru diemban kurang dari sebulan ini memang sangat mengubah hidupnya. Memasuki jajaran top level management untuk pertama kali di usia yang terbilang masih muda ini bahkan sempat mengejutkan dirinya.
"Di hari penunjukan RUPS [rapat umum pemegang saham] BNI 30 Agustus kemarin saya sempat shock. Saya sebenarnya bukan hadir sebagai undangan, makanya memakai baju putih sendiri sementara yang lain memakai batik," katanya saat berbincang-bincang dengan media, pekan lalu.
Namun Bimo mengaku, penunjukkan dirinya memang sesuai dengan misi pemerintah yang ingin memberi kesempatan lebih luas bagi generasi milenial.
Adapun sebelum menjabat sebagai Direktur Keuangan BNI, Bimo menjabat sebagai General Manager BNI Cabang Tokyo sejak Juni 2018, dan Wakil Pemimpin Divisi BUMN & Institusi Pemerintah (BIN).
Saat ini Bimo mengaku setiap hari harus pergi ke kantor pada pukul 07.00 WIB dan pulang pukul 23.00 WIB. Artinya, waktu untuk keluarga semakin sempit.
Tidak hanya perubahan jam kerja. Dia menyampaikan bahwa banyak perubahan tujuan yang akan dikejar. Tentu dengan posisinya saat ini, visi dan misi perusahaan secara keseluruhan yang akan menjadi pegangan.
"Dulu target saya hanya meningkatkan aset BNI Tokyo yang masih kecil misalnya, tetapi sekarang saya harus menjaga seluruh RBB [Rencana Bisnis Bank] agar tetap berjalan baik dan memenuhi visi misi perseroan," ujarnya.
Pria yang mencintai olahraga basket ini memang telah menorehkan prestasi yang cukup gemilang dalam meniti karirnya sejak 2006 di bank pelat merah ini.
Contohnya, ketika menangani BNI Tokyo, Bimo sukses meningkatkan aset BNI menjadi US$868 juta per Agustus 2019 atau meningkat sekitar 48%.
Lewat kepemimpinan Bimo juga license BNI sub branch Osaka ditingkatkan dari sebelumnya hanya marketing officer menjadi marketing dan pengelolaan dokumen untuk pembukaan rekening BNI Taplus.
Bimo mengemukakan, kala itu, strategi yang dia lakukan yakni dengan reprofile dana mahal ke dana murah untuk mengamankan biaya dana. Selanjutnya, reprofile likuiditas ke yield yang tinggi, dan berbagai tahapan lainnya.
Kini, Bimo pun memasuki jabatan baru dan penting di BNI. Namun, tugas berat menantinya. Sebagai catatan, per paruh pertama 2019 lalu laba bersih bank berkode saham BBNI ini hanya naik 2,7% yoy menjadi Rp7,63 triliun. Capaian itu terpaut jauh dengan kinerja periode sebelumnya yang sempat tumbuh 6% yoy.
Pada periode itu, bank tertekan dari segi beban dana. Perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 1% yoy, yakni menjadi Rp17,61 triliun. Cost of fund atau CoF naik menjadi 3,2% dibandingkan dengan tahun lalu 2,8%. Sementara itu, laju pertumbuhan kredit per Juni 2019 belum memberikan efek signifikan terhadap laba. Padahal, menutup paruh pertama 2019 kredit BNI tumbuh jauh melampaui industri, atau 20% yoy menjadi Rp549,23 triliun.
"Jadi ke depan saya akan fokus optimalisasi pondasi BNI melalui berbagai aspek seperti dalam dana murah dan kualitas kredit. BNI ingin lepas landas nantinya, sehingga ketika tahun ini pondasi kokoh mulai tahun depan melangkah akan lebih mudah," ujarnya.