Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank CIMB Niaga Tbk. mengincar rasio dana murah (current account savings account/CASA) sekitar 56% dari total dana pihak ketiga pada tutup tahun ini. Hal ini dilakukan untuk menjaga likuiditas bank, mengingat persaingan dana di pasar semakin ketat.
Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan menutup kebutuhan likuiditas dengan dana mahal menganggu pendapatan bunga bersih (net interest income/NII). “Kami cari ribuan nasabah dengan cara memberikan transaksi mudah lewat berbagai kanal,” katanya kepada Bisnis, Rabu (2/10/2019).
Lani mengatakan bahwa strategi itu telah dilakukan bertahun-tahun. sejumlah inovasi digital telah dilakukan perseroan.
Berdasarkan Presentasi Analisis kuartal II/2019, rasio CASA CIMB Niaga turun 223 basis poins (bps) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau dari 56,12% menjadi 53,89%. Utamanya, hal itu disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan tabungan dan merosotnya portofolio giro.
Per Juni 2019, giro bank turun 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp48,09 triliun. Pada periode yang sama tabungan tumbuh 2,3% yoy, melambat dibandingkan dengan Juli 2018, 9,7% yoy.
Pada saat yang sama deposito tumbuh menguat. Bank melaporkan dana mahal naik 9,3% yoy per Juni 2019, sedangkan tahun lalu naik 4,8% yoy.
Namun per Agustus 2019, kata, Lani, rasio dana murah telah naik menjadi sekitar 55%. "Naik turun tahun ini tapi masih sekitar 55%," tambahnya.
Selanjutnya pada paruh kedua tahun ini, perseroan tengah berupaya untuk meningkatkan rasio CASA dengan menekan deposito. Satu strategi perusahaan adalah mengurangi daha mahal.
Adapun pada tahun depan emiten berkode BNGA ini membidik dana murah akan naik lebih tinggi dibandingkan dengan deposito. Bank menargetkan rasio CASA mendekati 58% hingga 59%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel