Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sinarmas dan CCB Indonesia Tidak Akan Merger, Ini Rencana Manajemen

Sejauh ini belum ada rencana merger antara PT Bank Sinarmas Tbk. dengan Bank CCB Indonesia. Keduanya kemungkinan akan tetap berjalan masing-masing.
Karyawati beraktivitas di salah satu kantor cabang Bank Sinarmas, di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Karyawati beraktivitas di salah satu kantor cabang Bank Sinarmas, di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana Sinar Mas Group melalui PT Sinarmas Multiartha Tbk. sebagai pemegang saham PT Bank China Construction Bank Indonesia membuka jalan bagi kedua perusahaan tersebut untuk bersinergi. Seperti diketahui emiten berkode SMMA itu memiliki gurita bisnis di finansial.

"Di bawah SMMA ada asuransi . Kerja sama asuransinya misalnya," kata Direktur SMMA Dani Lihardja kepada Bisnis, Jumat (18/10/2019).

Namun, Dani mengatakan sejauh ini belum ada rencana merger antara PT Bank Sinarmas Tbk. dengan Bank CCB Indonesia. Keduanya kemungkinan akan tetap berjalan masing-masing.

Seperti diketahui, Sinar Mas Group sempat puasa memiliki bank setelah PT Bank Internasional Indonesia Tbk.--kini PT Bank Maybank Indonesia Tbk.--masuk rekapitulasi Badan Penyehatan Perbankan Nasional karena terimbas krisis moneter 1998.

Kemudian pada 2005 perusahaan milik keluarga Eka Tjipta Widjaja itu mengakuisisi Bank Shinta Indonesia. Bank yang berdiri pada 18 Agustus 1989 itu berganti nama menjadi Bank Sinarmas pada 2006. 

Sementara itu, sister company Bank Sinarmas, Sinar Mas Multiartha, hendak menjadi pemegang saham Bank CCB Indonesia. Entitas anak Sinar Mas Group ini menjadi pembeli siaga Penawaran Umum Terbatas (PUT) V bank hasil penggabungan PT Bank Windu Kentjana International Tbk. dan PT Bank Antardaerah pada 2016 tersebut.

Mengutip keterbukaan informasi, Kamis (17/10/2019), CCB Indonesia hendak menerbitkan 32 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp100. Total saham baru tersebut merupakan 65,80% dari jumlah beredar setelah PUT V.

Setiap pemegang saham lama diberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Apabila pemegang saham perseroan tidak melaksanakan hak sesuai dengan porsi sahamnya, kepemilikan akan terdilusi paling banyak 65,80%.

Pada saat prospektus diterbitkan CCB Corporation merupakan pemegang saham pengendali (PSP) dengan kepemilikan 9,97 miliar saham atau dengan porsi sebesar 60%.

Kemudian Johny Wiraatmadja dan Kiki Hamidjaja, masing-masing, mengenggam sebanyak 21,32% atau 3,54 miliar saham dan 5,21% atau 866,48 juta saham. Sisanya, 13,47% dimiliki oleh publik dengan kepemilikan kurang dari 5%.

Sebelumnya Sekretaris Perusahaan CCBI Andreas Basuki mengatakan bahwa target penghimpunan dana segar dari PUT V senilai Rp3,2 triliun. Dana segar akan diserap bank untuk meningkatkan modal inti perusahaan untuk naik kelas menjadi bank umum kelompok usaha (BUKU) III. Per Juni 2019 modal inti CCBI sebesar Rp2,09 triliun.

Hal tersebut telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper