Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Suku Bunga Membuat Margin Bank Kian Tergerus

Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) industri perbankan tertekan sepanjang tahun ini. Hal tersebut seiring dengan pengetatan likuiditas yang terjadi, utamanya pada bank umum kelompok usaha (BUKU) III.
Warga melintasi galeri anjungan tunai mandiri (ATM) di Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (5/8/2019)./ANTARA-Aditya Pradana Putra.
Warga melintasi galeri anjungan tunai mandiri (ATM) di Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (5/8/2019)./ANTARA-Aditya Pradana Putra.

Bisnis.comJAKARTA - Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) industri perbankan tertekan sepanjang tahun ini. Hal tersebut seiring dengan pengetatan likuiditas yang terjadi, utamanya pada bank umum kelompok usaha (BUKU) III.

Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara Doddy Ariefianto mengatakan 50% struktur perbankan di Indonesia terdiri dari BUKU III atau bank bermodal inti antara Rp5 triliun hingga Rp30 triliun. Likuiditas yang cenderung belum melonggar membuat perang dana yang berakibat pada merosotnya selisih antara pendapatan dengan beban bunga.

“Transmisi kebijakan moneter yang longgar sejak kuartal II tahun ini itu tidak bisa optimal passthrough ke bank. Bank itu masih banyak butuh dana," katanya kepada Bisnis, Senin (4/11/2019).

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) bank per September 2019 93,76%. Sementara itu BUKU III telah melampaui 100% per Agustus 2019.

Dengan kondisi demikian, menurut Doddy NIM industri perbankan akan cenderung stabil hingga akhir tahun. Bahkan sampai dengan 2020, dia memproyeksi posisi NIM masih akan kurang dari 5%.

Mantan direktur Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) ini mengatakan bahwa perbankan punya kesempatan untuk menggenjot pendapatan nonbunga. Akan tetapi hal ini tidak akan dapat mensubtitusi pendapatan bunga bersih secara signifikan.

Pasalnya secara tradisional, NIM merupakan 70% pendapatan dari suatu bank. Hanya beberapa bank saja yang memiliki kemampuan mendiversifikasi bisnis untuk meningkatkan pendapatan nonbunga.

“Apalagi dengan kondisi ekonomi seperti sekarang. Komisi-komisi dari trade finance akan berkurang karena kondisi global,” katanya.

Selain itu pendapatan nonbunga dari bisnis sistem pembayaran pun menghadapi tantangan. Pasalnya banyak perusahaan finansial berbasis teknologi secara masif memberikan promosi berupa bebas biaya transaksi.

Adapun dengan kondisi NIM saat ini, Doddy menilai sebenarnya industri perbankan masih cukup sehat. Negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand memiliki rentang NIM sekitar 3% hingga 4%.

“NIM kurang dari 5% saya rasa masih wajar untuk mengejar target laba. ROE [tingkat pengembalian modal] 10% hingga 15% juga masih sangat terkejar,” jelas Doddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper