Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat penurunan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) selama 5 tahun terakhir. Posisi NIM pada 2015 kontras dengan realisasi September 2019, atau menyusut dari 6,4% menjadi 4,9%.
Hal itu pun berdampak pada kemampuan bank mencetak laba. Per kuartal III tahun ini, laba perusahaan tumbuh melambat atau naik 4,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp12 triliun. padahal pada periode yang sama tahun lalu bank membukukan pertumbuhan laba sebesar 12,6% yoy.
Direktur Keuangan BNI Ario Bimo sempat menjelaskan bahwa penurunan NIM disebabkan oleh beban dana (cost of fund/CoF). “kita tahu, likuditas cukup ketat. Bank juga bersaing dengan pemerintah karena pemerintah menerbitkan surat utang,” katanya belum lama ini di Jakarta.
Selanjutnya BNI akan menjadikan perbaikan NIM sebagai prioritas. Bank pelat merah ini memproyeksi NIM pada tahun depan sekitar 5% hingga 5,2%.
Ario juga mengatakan bahwa kendati masih tumbuh satu digit, laba kuartal III/2019 telah menguat dibandingkan dengan 3 bulan sebelumnya. Hal ini merupakan dampak dari strategi bank untuk fokus meningkatkan pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) dan menjaga komposisi dana murah (current accoung savings account/CASA).
Berdasarkan data perseroan per September 2019, pendapatan komisi BNI ditopang oleh pertumbuhan recurring fee sebesar 17,1% yoy menjadi Rp7,9 triliun. Kenaikan FBI pada kuartal III/2019 ini didorong oleh kontribusi komisi dari segmen business banking, antara lain komisi dari trade finance yang tumbuh 9,4% dan komisi sindikasi yang tumbuh 81,6%.
Direktur Manajemen Risiko BNI Rico Rizal Budidarmo menyampaikan bahwa dalam jangka panjang FBI menjadi sangat penting. Menjaga rasio NIM bagi perbankan semakin menantang. Pada saat yang sama perebutan dana pun tidak terkhindarkan, sehingga membuat beban dana meningkat.
Sepanjang 4 tahun terakhir BNI telah mengutilisasi pendapatan berbasis komisi dari segmen business banking. “Selain itu potensi fee based itu juga ada dari segmen konsumer,” katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa pada segmen konsumer, bank akan lebih giat mengembangkan proyek berbasis teknologi. Hal ini sekaligus akan menghasilkan efisiensi beban dan mendatangkan dana murah.