Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab Bunga Kredit Lamban Turun Versi Perbanas

Lambannya penurunan suku bunga kredit yang dilakukan perbankan disinyalir karena adanya persoalan likuiditas.
Aviliani. /Bisnis.com
Aviliani. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Lambannya penurunan suku bunga kredit yang dilakukan perbankan disinyalir karena adanya persoalan likuiditas.

Menurut Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Aviliani, persoalan likuiditas membuat bank menunda penurunan suku bunga kredit. Padahal, suku bunga acuan telah diturunkan oleh Bank Indonesia hingga total 100 basis poin (bps) sejak Juli 2019.

“Kenapa? Karena ternyata persaingan suku bunga dana dan SBN [Surat Berharga Negara] cukup besar. SBN kan 15 persen, pajaknya kemudian bunganya sekarang dari 6,8 persen sampai 7 persen. Tapi deposito [suku bunganya] 5 persen dilihat dari BI rate, dan LPS menetapkan 5,75 persen,” kata Aviliani di arena Indonesia Banking Expo 2019, Jakarta, Rabu (6/11).

Menurut Aviliani, seluruh otoritas baiknya mendiskusikan bersama persoalan tingkat bunga yang berbeda antara SBN dan simpanan berjangka. Selama perbedaan suku bunga masih ada, Perbanas memprediksi persoalan likuiditas akan tetap dialami perbankan.

Ketatnya likuiditas ini membuat bank tak leluasa menyalurkan kredit. Sekalipun ada penyaluran, suku bunga yang ditetapkan tinggi untuk meminimalisir risiko.

“Kemudian demand-nya [kredit] sekarang enggak ada nih. Yang minta kredit nggak ada, sampai orang [bank] itu nyari-nyari kredit loh,” katanya.

Terakhir, Perbanas menganggap persoalan seputar tren kredit saat ini tak hanya terjadi karena tingginya suku bunga. Bank dianggap lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan apalagi pasca adanya sejumlah kasus gagal bayar kredit oleh sejumlah korporasi besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper