Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten perbankan, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 2020 pada kisaran 7%--8%. Proyeksi tersebut sejalan dengan adanya tantangan rendahnya permintaan kredit.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F Haryn mengungkapkan BCA mempertimbangkan faktor eksternal dan internal yaitu di tengah ketidakpastian pasar global dan menanti terobosan dari kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo periode ke-2.
"Target pertumbuhan kredit 2020 berada pada kisaran 7%-8%. Rendahnya permintaan kredit menjadi tantangan di tahun 2020. Sementara itu, dana pihak ketiga diproyeksikan tumbuh 6%-7%," ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (27/12/2019).
Akan tetapi BCA optimistis, selalu ada peluang di pasar. Apalagi, apabila kondisi ekonomi tahun depan lebih baik dari proyeksi, maka tentu kami akan segera memanfaatkan momentum dan potensi pasar tersebut untuk mendorong mesin kinerja bisnis perusahaan berputar lebih kencang.
Dalam laporan publikasi Otoritas Jasa Keuangan, nilai kredit yang disalurkan oleh BCA hingga Oktober 2019 mencapai Rp566,38 triliun.
Sementara itu, dana murah mencapai Rp514,88 triliun, yang terdiri dari giro dan tabungan masing-masing senilai Rp177,59 triliun dan Rp337,29 triliun. Total simpanan berjangka (deposito) hingga Oktober 2019 senilai Rp164,49 triliun
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengatakan, perseroan memasang target pertumbuhan konservatif pada kredit segmen konsumer tahun depan.
Menurutnya, industri perbankan masih menghadapi banyak ketidakpastian di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil. Di samping itu, pelaku usaha dan masyarakat juga masih menunggu gebrakan rezim pemerintahan baru.
"Tidak berani prediksi dulu, konservatif sama seperti tahun ini, kalau membaik kita siap gebrak pasar," katanya