Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penghimpunan Dana Salip Penyaluran Kredit yang Melorot

Ada hal fundamental yang membuat kredit melambat, karena korporasi di Indonesia lebih banyak menggunakan sumber pembiayaan dari offshore.
OJK melaporkan bahwa kredit perbankan pada 2019 tumbuh 6,08%./Bisnis-Maria Y. Benyamin
OJK melaporkan bahwa kredit perbankan pada 2019 tumbuh 6,08%./Bisnis-Maria Y. Benyamin

Bisnis.com, JAKARTA - Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan mampu menyalip pertumbuhan penyaluran kredit pada pengujung tahun lalu.

Otoritas Jasa Keuangan mencatat penyaluran kredit pada 2019 tumbuh 6,08 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), jauh di bawah ekpektasi regulator dan pelaku industri yang diprediksikan tumbuh 8 persen-10 persen.

Penghimpunan DPK tercatat lebih tinggi, yakni tumbuh sebesar 6,54 persen, meningkat tipis dari capaian 2018 yang tercatat tumbuh 6,45 persen secara tahunan.

Meskipun melambat, pertumbuhan DPK stabil di kisaran 5 persen-7 persen sepanjang 2019. Sebaliknya, penyaluran kredit masih tumbuh kencang di kisaran dua digit pada awal tahun lalu, dan kian melambat hingga akhir 2019.

Sebagai gambaran, kredit perbankan pada kuartal I/2019 tercatat tumbuh 11,5 persen yoy. Sementara itu, pada periode yang sama, DPK tumbuh sebesar 6,3 persen yoy.

Data terakhir, per November 2019, pertumbuhan DPK masih berada di bawah kredit, yang masing-masingnya tercatat tumbuh 6,4 persen dan 7 persen.

Jika ditelisik ke belakang, fenomena pertumbuhan DPK lebih tinggi dari kredit tidak terjadi hanya sekali pada 2019.

Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan DPK sempat lebih tinggi terjadi pada 2016 dan 2017. Jika diperinci, pada 2016, kredit perbankan tercatat tumbuh 7,87% yoy dan DPK tumbuh 9,6%.

Sedangkan pada 2017, angka pertumbuhan kredit perbankan masih belum bergerak jauh dari tahun sebelumnya, yakni tumbuh sebesar 8,24% yoy, di mana DPK stabil di angka pertumbuhan 9,36%.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan sampai akhir 2019 ternyata pertumbuhan kredit perbankan hanya 6,08% year-on-year (yoy) atau jauh di bawah tahun sebelumnya yang sebesar 11,7%.

Menurutnya, ada hal fundamental yang membuat kredit melambat, karena korporasi di Indonesia lebih banyak menggunakan sumber pembiayaan dari offshore.

"Ini ditunjukkan dengan pembiayaan offshore yang meningkat cukup besar sebesar Rp130,4 triliun atau 133,6% dan tentunya perbankan kita juga melakukan investasi di surat berharga negara yang naiknya 15,8% atau Rp97 triliun," katanya dalam Pertemuan Tahunan ndustri Jasa Keuangan di Jakarta, Kamis (16/1/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper