Bisnis.com, JAKARTA - Penawaran rights issue PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) harus memiliki stand by buyer mengingat kebutuhan modal inti yang tinggi.
Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan emiten berkode ARTO tersebut harus melakukan penerbitan saham baru dalam waktu tiga tahun untuk mencukupi kebutuhan minimal modal inti, yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Adapun, minimal modal inti yang diwajibkan OJK adalah senilai Rp3 triliun. Saat ini, modal inti ARTO belum mencapai angka tersebut.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dipublikasikan OJK, ARTO memiliki modal inti senilai Rp120,625 miliar. Apabila penawaran 15 miliar saham baru dilakukan, perseroan menargetkan dana Rp1,5 triliun dari penawaran ini yang mengacu pada nilai nominal rights issue seharga Rp100 per saham.
Artinya, modal inti ARTO akan melambung menjadi Rp1,62 triliun. Hanya saja, nilai tersebut tetap belum mencukupi minimal modal inti yang ditetapkan OJK.
Sementara itu, harga saham ARTO pada perdagangan Jumat (7/2/2020) ditutup berada pada level Rp3.400 atau melemah 1,45 persen dari perdagangan kemarin. Apabila mengacu pada harga pasar tersebut, rencana rights issue ARTO sebanyak 15 miliar saham, berpotensi mendulang dana segar hingga Rp51 triliun.
Baca Juga
Menurutnya, jika harga saham ARTO tinggi, tidak akan ada investor yang tertarik untuk melakukan pembelian. Opsi yang harus disiapkan adalah dengan menyiapkan pembeli siaga.
"Ya, artinya harus ada stand by buyer. Dalam hal ini dari pihak Northstar," katanya kepada Bisnis, Kamis (6/2/2020).
Perlu diketahui, Northstar Pacific didirikan oleh Patrick S Walujo, yang juga memiliki saham di ARTO melalui Wealth Track Technology Limited dengan porsi kepemilikan sebesar 13,35 persen.
Menurutnya, ketika ARTO diakuisisi oleh Northstar Pasifik, prospek bisnis diarahkan ke financial technology. Apalagi, Bank Artos adalah bank penyalur kredit di wilayah Jawa Barat yang memiliki market niche unik, sehingga ketika price to earning ratio (PER) tercatat minus dan price to book value (PBV) bernilai puluhan kali lipat, bisnis bank tersebut tetap memiliki prospek.
"Jadi, Northstar tidak bisa hanya meliat dari sisi PER dan PBV saja. Namun, mereka melihat dari sisi bisnis prospek," katanya.
Vice President Research PT Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali mengatakan peningkatan harga saham ARTO berkaitan dengan sentimen dari investor yang melihat grup Patrick Walujo dan Jerry Ng dalam mengembangkan bisnis bank ke arah digital. Isu tersebut juga berkaitan dengan Gojek.
Menurutnya, dari penawaran rights issue tersebut, kemungkinan besar grup Patrick Walujo dan Jerry Ng akan berinvestasi. Penawaran rights issue tersebut berkaitan juga dengan peningkatan bank umum kegiatan usaha (BUKU) karena adanya peningkatan ekuitas.