Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menargetkan menerbitkan surat utang berupa obligasi pada kuartal II/2020.
Direktur Tresuri dan Internasional Bank BNI Bob Tyasika Ananta menurutkan surat utang itu tengah dirancang untuk mendapat restu regulator. Targetnya perusahaan akan mengemisi surat utang atau obligasi valas jangka panjang dengan nilai kisaran US$300 juta hingga US$500 juta pada kuartal II/2020 nanti.
"Untuk mencover kebutuhan bisnis di tahun 2020, BNI memiliki beberapa alternatif sumber pendanaan jangka panjang, baik dalam bentuk bilateral maupun penerbitan surat berharga," katanya kepada Bisnis, Rabu (12/2/2020).
Selain surat utang, BNI juga tengah meningkatkan nilai pendanaan non konvensional pada tahun. Targetnya terkumpul hingga Rp20 triliun untuk mendukung ekspansi bisnis dan pendanaan kembali utang jangka panjang yang jatuh tempo pada 2020. Komposisi sumber pendanaan non konvensional tersebut terbagi dalam 50 persen rupiah dan 50 persen. valuta asing.
Ananta mengatakan realisasi pendanaan non konvensional BNI pada tahun lalu adalah sebesar Rp14 triliun. Sementara itu, realisasi pendanaan konvensional atau dana pihak ketiga (DPK) BNI selama 2019 tercatat sebesar Rp614,3 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan BNI, rasio pinjaman terhadap total simpanan (loan to deposit ratio) selama 2019 tercatat mengalami pengetatan. Realisasi LDR pada 2019 adalah sebesar 91,5% atau meningkat dari capaian 2018 yang sebesar 88,8%.
Menurutnya, pendanaan non konvensional penting dilakukan BNI untuk menyembangkan profil maturitas dan cost of fund.
"Funding non konvensional memang lebih mahal, kalau giro dan tabungan kapan saja bisa diambil. Non konvensional lebih panjang, terbitkan tiga sampai lima tahun, itu kita kombinasi," katanya.