Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi PT Bank Sinarmas Tbk. yang sedang menghadapi permasalahan kualitas kredit dinilai mempengaruhi harga sahamnya.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menjelaskan kondisi perbankan Indonesia di Indonesia saat ini mengalami kondisi pelemahan kualitas kredit. Bahkan, hampir semua bank mencatatkan restrukturisasi kredit pada 2019 yang lebih tinggi dibandingkan dengan 2018.
Bank Sinarmas menjadi salah satu bank yang mengalami penurunan kualitas aset. Berdasarkan laporan keuangan, pelemahan kualitas kredit perseroan setidaknya telah terlihat sejak pertengahan 2018, yakni ketika posisi NPL gross mulai bergerak mendekati 5 persen.
Posisi tersebut setidaknya masih dapat dikelola pada posisi tersebut sampai pertengahan 2019, tetapi kemudian naik ke posisi 8,60 persen. Rasio NPL tersebut hanya dapat diturunkan ke posisi 7,48 persen per September 2019. Regulator menetapkan batas maksimal rasio NPL perbankan adalah sebesar 5 persen.
Hans menjelaskan kondisi seperti ini pastinya juga akan membuat sentimen negatif di pasar. "Kekhawatiran terhadap kondisi bisnis bank ini akan membuat harga saham Bank Sinarmas jatuh," ujarnya Jumat (14/2/2020).
Harga saham emiten dengan kode saham BSIM tersebut pada 14 Februari 2020 berada di level Rp520 per saham, turun dari posisi awal tahun yang sebesar Rp580 per saham. Posisi ini juga turun dari pertengahan 2019 yang sempat menyentuh angka Rp650 per saham.
Baca Juga
Hans juga menilai kondisi ekonomi saat ini masih akan menghambat perbaikan kondisi kualitas kredit BSIM pada 2020. "Paling perbaikan kualitas kredit mereka bisa terjadi tahun depan. Mereka juga memiliki pemegang saham yang memiliki modal yang cukup kuat untuk mendukung perbaikan usahanya."
Salah satu upaya Bank Sinarmas untuk menurunkan rasio NPL adalah dengan mengasuransikan portofolio penyaluran kreditnya. Dalam keterbukaan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (14/2/2020), manajemen Bank Sinarmas menginformasikan pada 15 November 2019 terjadi kesepakatan dengan PT Asuransi Simas Insurtech dalam memberikan perlindungan terhadap portofolio perseroan.
Asuransi Simas Insurtech yang masih terafiliasi dengan akan memberikan penanggungan kepada Bank Sinarmas atas kredit yang diberikan kepada para debitur, dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama.
Perusahaan asuransi yang menawarkan produk perlindungan portofolio kredit bermasalah tersebut akan melindungi risiko kerugian yang mungkin timbul.
"Dengan diasuransikannya portofolio kredit perseroan selama 72 bulan ke depan, kinerja Bank Sinarmas diproyeksikan menjadi lebih stabil dan rasio non-performing loan juga mengalami perbaikan," tulis direksi Bank Sinarmas.
Adapun, premi asuransi tersebut senilai Rp1,5 triliun dan bersifat material karena melebihi 20 persen dari ekuitas bank dengan kode emiten BSIM ini, yang senilai Rp5,66 triliun. Kendati demikian, Bank Sinarmas menegaskan transaksi tersebut tidak berdampak negatif terhadap kondisi keuangan perseroan.
Berdasarkan laporan interim September 2019, BSIM memiliki sektor andalan seperti perdagangan besar dan eceran, perantara keuangan, dan real estat serta usaha persewaan.
Hingga berita ini diterbitkan, perseroan masih belum memberi tanggapan. "Ini masih kami coba tanyakan ke unit terkait," kata Corporate Secretary Bank Sinarmas Yustinus Ivan Setiawan.