Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank umum konvensional dan syariah menyatakan akan lebih selektif menyalurkan kredit pemilikan rumah pada tahun ini sehubungan dengan perkembangan pandemi COVID-19.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengatakan akan mulai selektif menyalurkan KPR pada April ini dengan mempertimbangkan nasabah payroll dan fokus hanya menyalurkan KPR unit primary. Executive Vice President Consumer Loans Bank Mandiri Ignatius Susatyo Wijoyo mengatakan nasabah dengan payroll Bank Mandiri akan memudahkan perseroan mengidentifikasi dampak COVID-19 terhadap kelangsungan industri tempatnya bekerja.
Sementara itu, dengan hanya menyalurkan unit primary atau rumah baru karena lebih stabil dari segi harga dibandingkan secondary mortgage atau bekas. Apalagi sejumlah institusi seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN) banyak tutup sehingga pengecekan sertifikat tidak bisa dilakukan pada rumah bekas.
“Kami fokus pada rumah baru dengan developer yang punya nama. Kami tetap jalan [salurkan KPR] tetapi sangat selektif,” katanya kepada Bisnis, Jumat (3/4/2020).
Menurutnya, di tengah kondisi saat ini, tersedia 300.000 rumah baru yang bisa disalurkan melalui KPR hingga akhir tahun nanti. Hanya saja, persedian rumah baru tersebut masih tergantung dengan permintaan masyarakat. Dari rumah baru tersebut, Bank Mandiri tetap menyalurkan rumah murah dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Selain dengan skema FLPP, Bank Mandiri juga fokus menyalurkan rumah dengan harga di bawah Rp1 miliar.
“Normalnya rumah baru hampir 500.000 setahun, kondisi sekarang tinggal 300.000-an,” katanya.
Baca Juga
Setyo mengaku Bank Mandiri saat ini lebih berfokus pada restrukturisasi KPR nasabah yang terdampak COVID-19. Pengajuan restrukturisasi sudah dimulai dan mulai akan berjalan pada minggu ini hingga minggu depan. Proyeksinya, restrukturisasi kredit akan banyak diajukan nasabah untuk sektor KPR maupun kartu kredit. “Kami mau restrukturisasi yang kolektibilitas 1 dan 2A karena mereka terdampak, seperti yang bekerja di perhotelan, kafe, penerbangan, maupun transportasi,” katanya.
Terpisah, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk. Lani Darmawan mengatakan pihaknya tetap menyalurkan pinjaman, salah satunya KPR. Meskipun, penyaluran akan dilakukan lebih selektif menyesuaikan dengan industri dan segmen yang terdampak COVID-19. CIMB Niaga akan memastikan kondisi calon debitur tidak mengalami kesulitan untuk membayar angsuran karena usaha dan pekerjaannya terdampak oleh COVID-19.
“Ada perubahan kriteria kredit. Overall lebih ketat untuk pengajuan baru industri terdampak,” kata Lani.
Menurutnya, hingga kuartal I/2020, penyaluran KPR masih tumbuh dengan baik di kisaran 11 persen. Karena saat ini nasabah yang terdampak COVID-19 masih berpotensi terus bertambah, CIMB Niaga menyatakan akan cenderung lebih menunggu dan memperhatikan perkembangan pada kuartal II/2020.
“Pada saat seperti ini kami tidak berani pasang target pertumbuhan,” katanya.
Setali tiga uang, Executive Vice President Non Subsidized Mortgage & Personal Lending Division (NSLD) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Suryanti Agustinar mengatakan perseroan tetap menyalurkan KPR meskipun akan lebih selektif.
BTN, lanjutnya, terus menunjang program pemerintah terutama rumah subsidi. Namun, perseroan akan lebih selektif menyalurkan KPR dengan melihat kondisi dari calon debitur dan developer.
Dari sisi debitur, BTN akan lebih fokus pada calon debitur berpendapatan tetap seperti BUMN, PNS, TNI/Polri dan swasta skala Besar atau nasional, serta profesi lain yang tidak terdampak langsung dengam COVID-19. “Developer-nya kami pilih yang kinerjanya bagus dalam penyelesaian bangunan maupun kemampuan eksekusi buy back guarantee,” katanya.
Bank Syariah
Sebelumnya, PT Bank BNI Syariah mengaku harus menunda sejumlah penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) lantaran terdampak virus corona.
SEVP Bisnis Ritel dan Jaringan BNI Syariah Iwan Abdi mengatakan penundaan tersebut karena memang nasabah yang membatalkan permintaan kredit. Selain itu, dengan pertimbangan menjaga kesehatan, beberapa developer juga melakukan penutupan kantor sementara waktu.
Meskipun terjadi penundaan, BNI Syariah masih dapat membukakan penyaluran pembiayaan properti baru pada bulan ini. Setidaknya, pada Maret 2020, BNI Syariah masih membukukan pembiayaan perumahan baru sekitar Rp390 miliar.
“Tidak semuanya menunda, sebagian saja. Beberapa penyaluran memang ditunda,” katanya kepada Bisnis.
BNI Syariah menargetkan pembiayaan properti mampu tumbuh double digit dikisaran 15 persen sampai dengan 20 persen atau menjadi Rp3,3 triliun. Tahun lalu, pembiayaan beragun asset atau properti dapat tumbuh sekitar Rp250 miliar dengan total outstanding senilai Rp13,1 triliun.