Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wah! BI Raih Komitmen Dana dari The Fed sebesar US$60 Miliar

Komitmen dana dari Bank Sentral Amerika Serikat sebesar US$60 miliar itu berupa repurchase agreement line. Komitmen itu bisa ditarik apabila BI memerlukan likuiditas berupa dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers melalui video streaming di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers melalui video streaming di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mendapat komitmen dana dari The Federal Reverse (The Fed) sebesar US$60 miliar sebagai antisipasi kebutuhan cadangan devisa apabila pandemi virus corona (Covid-19) kian memburuk.  

"Breaking news today saya sampaikan komunikasi kami dengan The Fed itu sudah mencapai kesepakatan, The Fed kerja sama dengan kami, mereka menyediakan repo line. BI dengan The Fed sebesar US$60 miliar," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam video conference, Selasa (7/4/2020).

Perry menjelaskan komitmen dana dari Bank Sentral Amerika Serikat itu berupa repurchase agreement line (repo line). Komitmen itu bisa ditarik apabila BI memerlukan likuiditas berupa dolar AS.

"Jadi ini dalam koteks memerlukan likuditas dolar AS sebagian cadangan devisa, surat berharga US Treasury ini bisa jadi underlying atau repo The Fed untuk memenuhi likuiditas tadi," tuturnya.

Selain dengan The Fed, tuturnya, BI juga mendapatkan repo line dengan Bank for International Settlement (BIS). BIS adalah 'bank-nya' untuk bank sentral. BIS merupakan lembaga keuangan internasional tertua di dunia yang mulai beroperasi sejak 1930. 

Hampir semua bank-bank Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, dan Afrika Selatan, berpartisipasi di dalam atau berhubungan erat dengan aktivitas BIS. 

Dari BIS ini Bank Indonesia mendapatkan komitmen sebesar US$2,5 miliar. Selain itu, BI mendapatkan repo line dari Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) sebesar US$3 miliar dan bank sentral dari sejumlah negara kawasan US$500 juta-US$1 miliar.

Perry menekankan bahwa cadangan devisa yang dimiliki Indonesia saat ini lebih dari cukup. Fasilitas dana yang diperoleh dari lembaga keuangan dunia ini sebagai jaga-jaga apabila dibutuhkan bisa dieksekusi untuk menambah cadangan devisa.

"Kami memandang cadangan devisa lebih dari cukup, second of line defend, dengan kerja sama repo line ini. Yang perlu saya tegaskan, kerja sama The FED dengan sejumlah negara di emerging market termasuk Indonesia ini bagian vote of confidence of The Fed dengan Indonesia. Indonesia punya prospek bagus, itu kenapa The Fed bekerja sama dengan RI dalam bentuk repo line," terang Perry.

Seperti diketahui, cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 merosot sebanyak US$9,4 miliar menjadi US$121 miliar, posisi terendah sejak Mei 2019. Dalam kesempatan itu, Perry menyampaikan cadangan devisa turun karena sebanyak US$2 miliar digunakan untuk bayar utang pemerintah jatuh tempo, dan sekitar US$7 miliar untuk stabilisas nilai tukar rupiah.

Selain mendapatkan fasilitas repo Bank Indonesia juga mendapatkan komitmen dari bilateral swap dari sejumlah bank sentral. Komitmen itu antara lain dari China US$20 miliar, Jepang US$22 miliar, Singapur US$7 miliar, dan Korea Selatan US$10 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper