Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Restrukturisasi Kredit Naik Pesat, Bank Tambah Alat Tunai

Permohonan restrukturisasi pinjaman tahun ini berpotensi cukup dalam dan bisa membuat likuiditas mengetat.
ilustrasi bank/istimewa
ilustrasi bank/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku industri perbankan meningkatkan alat likuid untuk menghadapi peningkatan restrukturisasi yang diperkirakan masih akan tinggi selama paruh pertama tahun ini.

Direktur Finance, Planning, & Treasury PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon L. P. Napitupulu mengatakan permohonan restrukturisasi tahun ini berpotensi cukup dalam dan membuat likuiditas mengetat. Pasalnya, cicilan yang menurun atau bahkan tertunda membuat arus kas masuk melambat.

"Untuk menjaga likuiditas, kami meningkatkan alat tunai berupa kas, surat berharga negara, dan sertifikat Bank Indonesia sampai Rp20 triliun, naik 30 persen dari posisi alat tunai normal kami," katanya dalam Live Streaming BTN, Sabtu (12/4/2020).

Nixon menyebutkan restrukturisasi pada kuartal kedua tahun ini meningkat cukup pesat menjadi 17.000 debitur dengan nilai Rp2,7 triliun. Padahal pada, akhir kuartal pertama 2020, jumlah debitur tersebut hanya 3.000 debitur.

Dengan kondisi belum menunjukkan perkembangan positif saat ini, perseroan bahkan mempersiapkan diri untuk merestrukturisasi hingga lebih dari 40.000 debitur tahun ini.

"Tentunya proses restrukturisasi akan kami lakukan dengan ketat agar tidak menimbulkan moral hazard, tetapi restrukturisasi ini menunjukkan semakin kecilnya arus kas masuk kami. Di sisi yang lain, kami terus membayar bunga simpanan," katanya.

Meski demikian, Nixon menyebutkan perseroan belum mengkhawatirkan adanya bank run yang membuat likuiditas semakin ketat.

Selain karena masyarakat masih cukup bijak dalam menanggapi berbagai sentimen negatif, perkembangan teknologi perbankan saat ini memungkinkan nasabah penyimpan menggunakan uangnya tanpa menarik tunai.

"Namun, untuk menjaga kepercayaan tersebut, jumlah kas di setiap kantor cabang kami tingkatkan," imbuhnya.

Dalam kesempatan terpisah, PT Bank Pan Indonesia Tbk. juga menyatakan akan menggunakan strategi yang serupa, untuk menghadapi potensi restrukturisasi yang semakin tinggi.

"Iya tentunya semua hal kami persiapkan, termasuk penjagaan likuiditas," kata Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo tanpa menyebutkan besaran peningkatannya.

Adapun, laporan 2019 emiten berkode PNBN ini mencatat liquidity coverage ratio (LCR) berada pada 140,17 persen naik dari 2018 yang 123,43 persen.

Herwidayatmo menjelaskan perseroan lebih fokus pada sosialisasi kepada debitur UMKM yang porsinya cukup besar, yakni 22,7 persen. Perseroan berharap restrukturisasi hanya digunakan oleh debitur yang benar-benar terpengaruh arus kasnya.

Sementara itu, Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rully Setiawan mengatakan perseroan akan melakukan penambahan portofolio surat berharga pada tahun ini.

Menurutnya, penambahan portofolio surat berharga tersebut dilakukan untuk menambah secondary reserve atau penyangga likuiditas makroprudensial. Bank Mandiri tidak melakukan penambahan surat berharga untuk meningkatkan kinerja finansial.

"Untuk portfolio surat berharga, diprioritaskan penambahannya bukan untuk meningkatkan kinerja finansial," katanya kepada Bisnis, Minggu (12/4/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper