Bisnis.com, JAKARTA – Selama masa pandemi Covid-19, PT Reasuransi Indonesia Utama atau Indonesia Re (Persero) memperkirakan jumlah klaim reasuransi akan meningkat, kendati nilainya masih belum dapat diprediksi. Sebaliknya, produksi premi diperkirakan akan turun akibat perlambatan kinerja sejumlah sektor.
Direktur Pengembangan, Manajemen Risiko, dan Kepatuhan Indonesia Re Eka Sjarief menjelaskan efek penyebaran virus corona yang sudah mulai dialami oleh sejumlah sektor bisnis turut mengerek tingkat klaim reasuransi selama masa pandemi.
Menurut Eka, potensi peningkatan klaim terutama pada lini bisnis asuransi kredit dan penjaminan, asuransi kesehatan, serta asuransi rangka kapal (marine hull). Pasalnya, sektor-sektor ini sangat terpengaruh oleh penyebaran virus corona yang membuat operasionalnya jadi lebih terbatas.
“Meskipun begitu, besaran klaim yang terjadi masih unclear,” ujar Eka kepada Bisnis, Rabu (29/4/2020).
Dalam kondisi saat ini, kata dia, stress test menjadi keharusan bagi industri reasuransi dalam mengukur kualitas dan ketahanan keuangannya. Meskipun begitu, proses stress test itu pun bukan hal yang mudah karena kondisi perekonomian makro masih sulit diperkirakan.
“Hal ini bukan yang mudah, karena sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa recession shape secara makro ekonomi masih belum bisa ditentukan apakah akan menggunakan V Shape, U Shape, atau bahkan L Shape,” ujarnya.
Menurutnya, hingga kini belum ada modelling yang dapat diterapkan industri reasuransi untuk mengatasi tantangan perekonomian. Hal tersebut karena pandemi Covid-19 tidak pernah terprediksi dan baru kali ini terjadi. Dia pun menyebut kondisi ini sebagai unique financial crisis.
Walau demikian, lanjutnya, persiapan strategi menjadi faktor paling penting bagi reasuransi dalam menghadapi kondisi pandemi. Industri reasuransi perlu membuat beberapa simulasi strategi, baik untuk mengantisipasi kendala internal maupun eksternal.
Saat ini, Indonesia Re sedang mempersiapkan Covid-19 Playbook sebagai pegangan untuk menjaga kinerja bisnis selama masa pandemi. Panduan tersebut akan digunakan bersamaan dengan hasil-hasil simulasi yang dilakukan perseroan sembari terus memantau perkembangan kondisi ekonomi.
Pada perkembangan lain, perlambatan kinerja sejumlah sektor bisnis dalam pandemi kali ini juga berpotensi memengaruhi perolehan premi Indonesia Re. "Lalu, perseroan pun memperkirakan akan terdapat penurunan produksi premi total sekitar 5 persen–15 persen," ujar Eka.
Dia menjelaskan penurunan utama berpotensi terjadi di lini bisnis marine cargo. Mengacu kepada data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan ekspor tercatat minus 5,2 persen–5,6 persen. Perolehan premi dari lini bisnis kendaraan bermotor pun berpotensi turun seiring catatan Kementerian Perindustrian yang menunjukkan turunnya penjualan otomotif per Februari 2020 hingga 3,1 persen.
Perolehan premi dari lini asuransi perjalanan pun berpotensi melambat seiring turunnya tingkat kunjungan wisatawan. Dia menjelaskan bahwa potensi penurunan premi dari lini-lini bisnis lain masih belum teridentifikasi.
Selain itu, Indonesia Re pun mencatatkan adanya pengajuan perpanjangan waktu pembayaran premi (WPC Extension proposal) oleh cedant. Menurut Eka, hal tersebut akan terus ditinjau oleh perseroan.