Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Diramal Patok Bunga Acuan di Level Nol hingga 2024

Biaya pinjaman dipercaya berada di kisaran level nol untuk kira-kira tiga tahun ke depan.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (17/3/2020). Bloomberg/Andrew Harrer
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (17/3/2020). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA – Para pedagang obligasi melihat kecilnya prospek kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Federal Reserve Amerika Serikat (AS) di masa mendatang.

Biaya pinjaman dipercaya berada di kisaran level nol untuk kira-kira tiga tahun ke depan. Beberapa pedagang bahkan menjaga-jaga kemungkinan suku bunga The Fed bisa menjadi negatif.

Tingkat kontrak berjangka eurodollar tiga bulan relatif datar dan tidak hingga akhir 2023 atau awal 2024 terlihat peningkatan tanda-tanda bahwa kenaikan suku bunga berikutnya oleh The Fed akan diperhitungkan.

Sementara itu, ada minat untuk opsi eurodollar yang menjadi perlindungan terhadap skenario suku bunga dolar AS negatif.

“Kenaikan suku bunga tidak masuk dalam agenda,” ujar Jeffrey Cleveland, kepala ekonom di Payden & Rygel, seperti dilansir dari Bloomberg.

Dalam rapat kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berakhir Rabu (29/4/2020) waktu setempat atau Kamis (30/4/2020) dini hari WIB, The Fed memutuskan mempertahankan Fed Funds Rate di level 0 persen - 0,25 persen, seperti yang banyak diprediksi.

Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan para pembuat kebijakan tidak "terburu-buru untuk menaikkan suku bunga" setelah memperingatkan bahwa pandemi virus corona (Covid-19) menimbulkan risiko yang cukup besar bagi ekonomi dalam jangka menengah.

Para pembuat kebijakan pun cenderung tidak jelas soal arah suku bunga di masa mendatang dengan mengatakan kisaran target suku bunga acuan akan dipertahankan di kisaran nol.

Hal itu dilakukan sampai mereka yakin bahwa ekonomi AS telah melewati peristiwa baru-baru ini serta berada di jalurnya untuk mencapai lapangan kerja maksimum dan target stabilitas harga.

Sebanyak 3,5 juta warga Amerika diperkirakan kehilangan pekerjaan dalam sepekan terakhir karena banyak bisnis tetap tutup guna meredam persebaran penyakit virus corona.

“Powell menyoroti risiko terhadap prospek yang, bagi saya, mengindikasikan bahwa pemulihan [ekonomi] akan jauh lebih seperti pola U yang memanjang ketimbang pola V,” lanjut Cleveland melalui surat elektronik.

“Jika itu benar, maka mungkin butuh bertahun-tahun bagi perekonomian untuk kembali ke level output ekonomi sebelum virus corona mewabah, kemungkinan tahun 2023 atau setelahnya,” katanya lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper