Bisnis.com, JAKARTA — Arus modal dari China ke Indonesia terus menunjukkan tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Sepanjang 2021 hingga paruh pertama 2025, nilai penanaman modal asing (PMA) China tercatat mencapai US$30,5 miliar atau sekitar 14% dari total investasi asing langsung (FDI) di Tanah Air.
Lonjakan investasi tersebut mempertegas peran China sebagai mitra strategis dalam memperkuat sektor manufaktur Indonesia.
Apalagi, pada Mei 2025, kedua negara baru saja menandatangani dua nota kesepahaman (MoU) penting terkait pengembangan twin industrial parks serta pemanfaatan mata uang lokal (LCS) dalam transaksi bilateral.
Terkait perkembangan tersebut, Presiden Direktur OCBC Indonesia Parwati Surjaudaja menuturkan pertumbuhan manufaktur tidak bisa hanya mengandalkan aliran modal semata. Keberhasilan sektor ini, kata dia, ditentukan oleh keterhubungan ekosistem mulai dari infrastruktur, regulasi, hingga pembiayaan.
"OCBC hadir bukan sekadar sebagai penyedia solusi perbankan, tetapi sebagai penghubung antarnegara,” kata Parwati, Rabu (27/8/2025).
Baca Juga
Dia mencontohkan, pada forum bisnis yang digelar OCBC dua tahun lalu, sejumlah pelaku usaha dari Indonesia dan Singapura yang dapat menjalin kemitraan strategis hingga menghasilkan kesepakatan joint venture tahun ini.
Namun demikian, Parwati tidak menyampaikan target jalinan kemitraan strategis kali ini. Parwati menambahkan, keberadaan wadah yang mempertemukan para pemangku kepentingan menjadi kunci agar kolaborasi lintas negara berjalan lebih konkret.
Sebagai bentuk dari komitmen itu, OCBC bersama OCBC Singapura kembali menggelar OCBC One Connect 2025 di Jakarta pada Rabu (27/8).
Forum tahunan ini mempertemukan pelaku industri, investor, dan regulator dari kedua negara sebagai upaya mempercepat pertumbuhan sektor manufaktur dan menciptakan ekosistem bisnis yang lebih terintegrasi.