Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 menjadi bisa jadi di bawah 2,3 persen sejalan dengan tekanan ekonomi yang mulai terasa sejak kuartal I/2020.
Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 hanya 2,97 persen, meleset dari perkiraan BI sebesar 4,4 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan pertumbuhan ekonomi pada Januari hingga Maret 2020 menunjukkan dampak virus Corona yang ternyata terjadi lebih cepat.
Padahal, BI sebelumnya memperkirakan dampak virus Corona kepada ekonomi Tanah Air baru akan terasa pada April hingga Juni 2020.
"Kami yakin naik, full year akan dihitung-hitung lagi dengan realisasi triwulan I yang lebih rendah, akan lebih rendah dari 2,3 persen [yoy]," papar Perry dalam virtual media briefing, Selasa (6/5/2020).
Dalam kesempatan ini, BI juga merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi per kuartalnya selama tahun 2020.
Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan kuartal II/2020 sebesar 1,1 persen, kuartal III/2020 1,3 persen, dan kuartal IV /2020 sevesar 2,4 persen.
Baca Juga
Pekiraan tersebut direvisi menjadi kuartal II/2020 0,4 persen, kuartal III/2020 1,2 persen, dan kuartal IV/ 3,1 persen.
Perbaikan yang terlihat pada kuartal terakhir, menurut Perry, didorong oleh kebijakan restrukturisasi dunia usaha dan dukungan stimulus moneter sehingga ekonomi pada semester kedua akan lebih baik.
Tahun depan, Perry memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6,6 hingga 7,1 persen. Dengan catatan, defisit fiskal bisa dijaga 3 persen - 4 persen. Pertumbuhan yang tinggi pada 2021 akan dipengaruhi oleh base effect.
Kemudian, dia melanjutkan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh dalam laju normalnya, yakni 5 persen hingga 5,4 persen pada 2022.