Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analisis Target Konservatif dan Potensi Saham Bank OCBC NISP (NISP)

PT Bank OCBC NISP Tbk. akan mengambil target konservatif dalam peningkatan fungsi intermediasi guna menjaga kualitas kredit.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja (kedua kanan) bertukar dokumen dengan Direktur Eksekutif IFC Philippe Le Hourou (kedua kiri) disaksikan oleh Presiden Komisaris Bank OCBC NISP Pramukti Surjaudaja (kiri) dan Direktur IFC Asia Timur, dan Pasifik Vivek Pathak (kanan) di Jakarta, Selasa (31/7). /Bisnis/Emanuel B. Caesario
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja (kedua kanan) bertukar dokumen dengan Direktur Eksekutif IFC Philippe Le Hourou (kedua kiri) disaksikan oleh Presiden Komisaris Bank OCBC NISP Pramukti Surjaudaja (kiri) dan Direktur IFC Asia Timur, dan Pasifik Vivek Pathak (kanan) di Jakarta, Selasa (31/7). /Bisnis/Emanuel B. Caesario

Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi ekonomi yang berat tahun ini merupakan sebuah kenyataan yang hampir tidak dapat dinafikan oleh semua pelaku industri perbankan Tanah Air.

PT Bank OCBC NISP Tbk. pun mengakui kondisi ini, sehingga akan mengambil konservatif dalam peningkatan fungsi intermediasi guna menjaga kualitas kredit.

"Kami awalnya punya target pertumbuhan kredit 7 persen sampai 9 persen, tetapi dengan kondisi saat ini mungkin kredit hanya akan tumbuh low single digit antara 0 persen sampai 5 persen," kata Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja, dalam live streaming, Jumat (8/5/2020).

Sebagai informasi, emiten berkode NISP ini masih mampu menjaga pertumbuhan positif di 5,4 persen secara tahunan menjadi Rp123,9 triliun pada kuartal I 2020. Dengan kinerja tersebut, Bank OCBC NISP mencatat laba bersih sebesar Rp791 Miliar naik 3,4 persen (year-on-on-year/yoy).

Parwati menyebutkan, perseroan saat ini telah menerima permohonan restrukturisasi cukup banyak, tetapi masih tidak lebih besar dari 20 persen total kredit.

Meski total tersebut cukup besar, perseroan masih cukup beruntung karena masih debitur yang justru cukup percaya diri untuk tetap melanjutkan kewajibannya tahun ini.

"Untuk restrukturisasi ini, kami bukan hanya menerima tetapi juga ikut menawarkan. Namun, debitur kami cukup baik dan masih sanggup," ucapnya.

Parwati melanjutkan sektor ekonomi energi, agribisnis, dan pariwisata cukup tertekan dan menyumbang restrukturisasi kredit tahun ini.

Namun, perseroan cukup percaya kondisi ini justru akan cepat berakhir, sehingga bisnis dari para debitur tersebut masih dapat ditingkatkan setelah pandemi ini.

"Bahkan beberapa rencana penyaluran kredit baru pada paruh kedua kami juga masih akan berjalan untuk modal kerja ataupun investasi. Tapi iya tidak sebanyak dalam kondisi normal," katanya.

Sebagai informasi, penyaluran kredit NISP terfokus pada sektor ekonomi perindustrian, perdagangan, jasa dan pertanian dan pertambangan.

Managing Director OCBC NISP Hartati menambahkan kondisi likuiditas perseroan juga masih cukup baik. Bahkan perseroan masih cukup percaya dana pihak ketiga masih dapat tumbuh sekitar 8 persen hingga 9 persen, sehingga mampu menjaga posisi likuiditas dalam kondisi sulit ini.

"Bahkan loan to deposits ratio [LDR] kami akhir-akhir ini sudah berada di kisaran 85 persen, sehingga membuat posisi likuiditas kami sangat baik," katanya.

Di luar kondisi kinerja yang baik, Parwati menyebutkan perseroan pun juga masih membuka peluang untuk membantu otoritas melanjutkan visi konsolidasinya.

"Seperti yang kami nyatakan sebelumnya, kami membuka peluang itu. Jika memang ada, kami pun membuka diri untuk pertumbuhan anorganik ini," katanya.

Sebagai informasi, rasio kecukupan modal perseroan berada pada 18,71 persen pada kuartal pertama tahun ini. Modal inti tier satu perseroan mencapai Rp27 triliun, naik dari periode sama tahun lalu yang tercatat Rp24,6 triliun.

Jika diperlukan pun, perseroan memiliki dana konvensional yang masih tersisa sekitar Rp7 triliun untuk memperkuat modal. "Kalau memang kebutuhannya ada dan pasar memang kondusif, akan kami pertimbangkan," ujarnya.

Untuk menjaga perolehan laba sekaligus pemukukan modal, Parwati pun menyebutkan perseroan akan gencar menggenjot fee based income non kredit. Di luar itu, dengan peningkatan dana murah yang masih cukup potensial, beban bunga pun akan terkendali untuk menjaga pendapatan bunga bersih.

Analisis Target Konservatif dan Potensi Saham Bank OCBC NISP (NISP)

Saham Masih Murah

Dalam kesempatan terpisah, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan berpendapat kinerja emiten bank ini masih tergolong baik dengan percetakan laba dan pertumbuhan kredit yang positif.

"Hanya memang karena kondisi pasar keuangan secara global terkena dampak pandemi virus corona setelah adanya perang dagang Amerika dan China, sehingga memukul sebagian besar harga saham bank," katanya.

Sebagai informasi, harga NISP per Jumat (8/5) mencapai 700, turun 17,16 persen (year-to-date/ytd). Price to earning ratio (PER) berada pada 5,07 kali, sedangkan price to book value (PBV) berada pada 0,57 kali.

Trioksa berpendapat jika perseroan mampu menjaga tingkat kualitas kredit, pertumbuhan laba, likuiditas, dan tingkat permodalan, maka kepercayaan investor masih bisa naik.

"Saya ambil PER bank sebesar 10 kali. Rata-rata saham bank masih dalam kondisi murah saat ini. Harga harusnya bisa Rp1.280," sebutnya.

Pandemi virus corona tentu akan berkahir. Semua tentu berharap, setiap pelaku industri perbankan termasuk OCBC NISP mampu memanfaatkan momentum tersebut dan kembali berekspansi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper