Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan kendaraan di jalan tol ikut berdampak pada transaksi uang elektronik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. selama pandemi.
SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi mengatakan dalam kondisi normal, rata-rata satu bulan bisa terjadi 100 juta transaksi menggunakan uang elektronik dengan nilai total di atas Rp1 triliun.
Namun, selama pandemi transaksi menggunakan uang elektronik mengalami penurunan yang terutama berasal dari sektor transportasi karena tidak digunakannya jalan tol.
Menurutnya, penggunaan E-Money yakni brand uang elektronik Bank Mandiri cukup besar di sektor transportasi, terutama untuk pembayaran jalan tol. Adanya pembatasan sosial skala besar (PSBB) membuat penggunaan E-Money menurun sehingga perseroan mencari celah dengan mendorong masyarakat menggunakan uang elektronik di sektor lainnya.
"Saat pandemi menurun, terutama di sektor transportasi. Makanya kami lagi dorong di sektor lain," katanya, Rabu (17/4/2020).
Menurutnya, sektor transportasi merupakan backbone penggunaan uang elektronik. Namun, perluasan penggunaan uang elektronik telah dilakukan sebelum pandemi terjadi yakni sebagai alat pembayaran saat berbelanja, pembayaran MRT, hingga ID card. Sejak lama, uang elektronik telah didorong untuk masuk dalam life cycle aktvitas masyarakat.
Baca Juga
Thomas mengatakan uang elektronik penting menjadi bagian dari alat transaksi karena percetakan uang yang saat ini mahal. Selain itu, uang elektronik juga bisa menjadi saarana untuk menghindari penyebaran Covid-19.
"Kondisi pandemi uang jadi barang yang dihindari karena disinyalir penularan Covid-19, E-Money penggunaanya melonjak di pusat perbelanjaan, masyarakat saaat ini pilih memakai kartu," katanya.