Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Syariah Optimis Laba Tetap Tumbuh di Masa Pandemi

Walaupun penyaluran pembiayaan diperkirakan melambat akibat pandemi corona, bank syariah meyakini laba masih bisa tetap tumbuh.
Pelayanan di salah satu bank syariah./Ilustrasi-Bisnis
Pelayanan di salah satu bank syariah./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Kemampuan profitabilitas perbankan syariah mengalami tantangan di tengah pelemahan ekonomi saat ini. Sejalan dengan itu, bank juga harus ekstra hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan mengingat berbagai risiko yang ditimbulkan akibat pandemi Covid-19.

PT Bank Jabar Banten Syariah optimis kinerja laba pada kuartal kedua tahun ini masih akan tumbuh dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama BJB Syariah Indra Falatehan memproyeksikan laba pada kuartal II/2020 akan berada pada kisaran Rp18,0 miliar hingga Rp18,50 miliar.

Indra mengatakan dampak dari pandemi Covid-19 ke bisnis bank memang cukup signifikan, terutama pada penyaluran pembiayaan, yang diperkirakan akan tumbuh melambat pada kuartal II/2020.

"Kami proyeksikan laba kuartal kedua berada pada angka Rp18,0 miliar hingga Rp18,50 miliar. Hal tersebut cukup positif apabila dibandingkan dengan tahun lalu, di mana kuartal kedua tahun 2019 bank BJB Syariah mencatatkan laba sebesar Rp15,29 miliar," katanya kepada Bisnis, Jumat (28/6/2020).

Indra mengutarakan pihaknya telah mengantisipasi perlambatan pembiayaan tersebut, yaitu dengan mengimbangi biaya dengan melakukan efisiensi operasional di tengah pandemi.

Sehingga meskipun secara bisnis pertumbuhan melambat, lanjutnya, BJB Syariah tetap bisa mencatatkan pertumbuhan laba yang positif.

"Bank BJB Syariah juga terus melakukan tren efisiensi dari awal tahun sehingga hal tersebut membantu dalam menjaga tren laba terus positif hingga akhir tahun," tuturnya.

Di samping itu, Indra menambahkan, untuk tetap mendorong pertumbuhan laba, perseroan akan menyalurkan pembiayaan, namun akan secara prudent dan akan difokuskan kepada pembiayaan yang memiliki risiko termitigasi yaitu segmen konsumtif.

Selain itu, perseroan juga akan memberi perhatian dan menangani pembiayaan-pembiayaan yang mungkin akan terpengaruh oleh dampak pandemik dengan di antaranya melakukan monitoring secara ketat, restrukturisasi, dan action lainnya untuk menjaga pembiayaan tetap berkualitas.

Adapun pada kuartal pertama tahun 2020, perseroan mencatatkan pertumbuhan, baik pembiayaan, dana pihak ketiga (DPK), dan laba pada mengalami penurunan secara year to date (ytd).

"Penurunan ini sebagai dampak dari penurunan bisnis pada awal tahun dan juga efek dari pandemi Covid-19," kata Indra.

Perseroan mencatat pertumbuhan pembiayaan dan DPK secara ytd masing-masing -0,53 persen dan -3,37 persen.

Namun, imbuhnya, jika dibandingkan secara tahunan (yoy), pertumbuhan pembiayaan dan DPK mengalami pertumbuhan yang cukup moderat yaitu sebesar 11,80 persen untuk pembiayaan dan 8,99 persen untuk DPK.

Pada kesempatan berbeda, Direktur Keuangan & Operasional PT Bank BNI Syariah Wahyu Avianto menyampaikan dampak dari pandemi Covid-19 pada pendapatan perseroan mulai terlihat sejak April 2020.

Namun demikian, pihaknya tetap optimis BNI Syariah pada akhir tahun akan tetap mencetak laba meski tidak mencapai target sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB).

"Kinerja kuartal I/2020 belum terdampak secara jelas, tentunya kami di akhir tahun tetap akan menumbuhkan profit," katanya.

Wahyu menjelaskan, untuk tetap mendorong laba, perseroan melakukan pemetaan terhadap sektor-sektor yang masih bisa berkontribusi mendorong pertumbuhan. Analisa pemberian pembiayaan juga akan difokuskan pada kapasitas perusahaan tersebut.

"Sektornya kesehatan, F&B, akan kami seleksi sesuai dengan kinerja keuangan, kami akan lakukan secara prudent mengingat dampak yang dihasilkan pandemi Covid-19," jelasnya.

Perseroan membukukan laba bersih senilai Rp214 miiar pada kuartal I/2020, atau meningkat 58,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Secara rasio keuangan, return of assets dan return of equity juga meningkat signifikan, masing-masingnya menjadi 17,95 persen dan 2,24 persen.

Perseroan pun berhasil menjaga efiensi, baik dari biaya dana dan operasional, tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang menurun dari 82,96 persen pada kuartal I/2020 menjadi 76,53 persen pada kuartal I/2020.

Aset perseroan meningkat sebesar 16,2 persen yoy, dari Rp44 triliun pada kuartal I/2019 menjadi Rp51,12 triliun pada 2020. Pertumbuhan ini ditopang oleh pembiayaan yang meningkat 9,8 persen yoy menjadi Rp32,32 triliun. Sementara DPk tumbuh 16,6 persen yoy menjadi Rp44,85 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper