Bisnis.com, JAKARTA — Isu pembentukan holding perbankan BUMN sempat menjadi bola panas dalam era kepemimpinan Rini Soemarno di Kementerian BUMN periode 2014—2019.
Rini melakukan serah terima jabatan kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang anyar Erick Thohir pada Rabu (23/10/2019). Salah satu pesannya dalam acara pamitan di Kementerian BUMN itu yakni agar misi pembentukan holding perusahaan pelat merah dapat teralisasi.
Salah satu isu pembentukan holding BUMN yang tidak kunjung menemui titik temu yakni pembentukan holding perbankan. Berdasarkan catatan Bisnis, skema holfing BUMN perbankan sempat mengerucut pertengahan tahun lalu.
Kementerian BUMN era Rini Soemarno mengusung skema Holding Jasa Keuangan dengan PT Danareksa (Persero) sebagai induk.
Rencananya, Danareksa akan membawahi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN), PT Pegadaian (Persero) Tbk., PT Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Fintek Karya Nusantara.
Holding Jasa Keuangan tidak hanya sebatas dibahas di level Kementerian BUMN. Menteri Keuangan Sri Mulyani disebut juga telah melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca Juga
Namun, rencana itu tidak dilirik oleh Kementerian BUMN era Erick. Dia lebih memilih mempertajam fokus masing-masing bank pelat merah daripada membentuk holding seperti yang diusung oleh Rini.
Dalam pemberitan Bisnis sebelumnya, Erick mengungkapkan keinginannya agar bank BUMN tetap sehat dan berfokus pada segmen pasar tertentu. Sejauh ini menurutnya, baru tiga bank BUMN yang memiliki fokus pasar jelas.
Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, dinilai sudah berada di jalur yang benar dengan berfokus pada pembiayaan perumahan. Pihaknya mengharapkan perseroan bisa terus berkembang dengan BUMN di sektor lain.
Selanutnya, Bank Rakyat Indonesia (BRI) memiliki fokus pada penyaluran kredit di segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selanjutnya, Bank Mandiri fokus menggarap segmen kredit korporasi.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. memiliki fokus pada penyaluran kredit di segmen Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM). Adapun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. fokus menggarap segmen kredit korporasi.
Dengan demikian, menurutnya hanya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang belum memiliki fokus bisnis yang kuat. Menurutnya, pilihan berkompetisi dengan Bank Mandiri di segmen korporasi selama ini bukanlah pilihan tepat.
“BNI saya challenge, saya harap BNI bisa menjadi source of international funding, ini contoh saja, baru pemikiran saya. Kalau BNI terus compete sama Bank Mandiri dan yang lain-lain, apa bedanya?” katanya.
Dia memberikan gagasan tersebut, karena melihat BNI telah memiliki sejumlah kantor cabang di luar negeri yang dapat menjadi modal awal. BNI memiliki cabang di New York - Amerika Serikat, Hong Kong, dan di kota besar lainnya.
Selain penajaman empat bank BUMN, dia juga berencana melakukan penggabungan usaha antara unit usaha syariah maupun anak usaha bank syariah milik perbankan pelat merah.
Ada tiga bank syariah yang sudah melakukan spin off dari induknya yakni PT Bank BRI Syariah Tbk., PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah.