Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kartu Kredit Citibank Dibayangi Potensi Penurunan Kinerja serta Restrukturisasi

Selain mengalami penurunan kinerja, segmen bisnis kartu kredit menjadi satu-satunya jenis pembiayaan Citibank Indonesia yang dapat restrukturisasi. Per akhir Juli 2020, Citibank telah melaporkan 653 debitur atau 847 rekening dengan nilai pinjaman Rp49 miliar direstukturisasi.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi (kedua kanan) berbincang dengan Country Controller Pranadi Wangsa (dari kiri), Chief Financial Officer Warren Huang, Country Treasurer Suryadi Ong, sebelum paparan kinerja perseroan, di Jakarta, Kamis (9/5/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi (kedua kanan) berbincang dengan Country Controller Pranadi Wangsa (dari kiri), Chief Financial Officer Warren Huang, Country Treasurer Suryadi Ong, sebelum paparan kinerja perseroan, di Jakarta, Kamis (9/5/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja kredit Citibank Indonesia terimbas pandemi Covid-19 yang terlihat dari turunnya penyaluran pembiayaan consumer banking hingga 14% selama semester I/2020 dibandingkan periode sama tahun lalu. 

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan penurunan kredit consumer banking tersebut terjadi karena menurunnya penyaluran kartu kredit. Penurunan kartu kredit telah terjadi sejak Januari hingga Mei 2020. Namun, mulai Juni 2020, pertumbuhan kartu kredit untuk domestik sales mulai pulih meskipun belum sebaik capaian Desember 2019.

Selain terjadi penurunan, kartu kredit juga menjadi satu-satunya jenis pembiayaan Citibank Indonesia yang mendapatkan restrukturisasi. Hingga akhir Juli 2020, Citibank telah melaporkan 653 debitur atau 847 rekening dengan nilai pinjaman sebesar Rp49 miliar yang melakukan restrukturisasi kartu kredit.

Sementara itu, untuk jenis kredit lainnya yakni yang berada di institutional banking maupun commercial banking tidak mengalami restrukturisasi. Citibank membantu nasabah melalui program keringanan jangka pendek seperti program Interest & Fee Waiver.

Melalui program-program ini, Citibank telah membantu sekitar 2.103 debitur atau 2453 rekening yang terdampak Covid-19 selama periode April-Juni 2020.

"Semester 1/2020 tidak ada restruaturisasi untuk institutional banking maupun commercial banking, restrukturisasi hanya terjadi untuk consumer banking khusus kartu kredit," katanya, Kamis (13/8/2020).

Menurutnya, Citibank telah siap dengan berbagai kemungkinan skenario yang akan terjadi ke depan. Selain itu, Citibank juga berkomitmen untuk terus melayani nasabah dengan memegang prinsip kehati-hatian.

Di lini Institutional banking, Citibank akann membantu nasabah dalam menavigasi volatilitas di pasar. Dalam Markets and Securities Services, Citibank mendukung nasabah dengan memanfaatkan platform Citi Velocity dan kemampuan eksekusi secara elektronis.

Dalam Treasury and Trade Solutions Citibank terus bekerja dengan klien untuk mempertahankan operasi mereka, mengelola rantai pasokan serta mengoptimalkan modal kerja dan likuiditas yang mereka miliki.

Di Consumer Banking, Citibank dan Garuda Indonesia kembali memperkuat kerja sama dalam layanan Garuda Indonesia Citi Card (GICC), melalui penambahan manfaat serta fitur program loyalty dalam Garuda Indonesia Citi Card.

Layanan digital juga menjadi salah satu penawaran yang diberikan Citibank untuk nasabah. Bahkan, layanan digital telah berkontribusi dalam pertumbuhan 76% dalam hal penggunaan Citi Mobile secara yearon-year hingga Juli 2020.

"Di tengah keterbatasan mobilitas masyarakat saat ini, Citibank juga turut mengkomunikasikan penggunaan kanal digital bagi para nasabah guna melakukan transaksi perbankan sehari-hari," katanya.

Citi Indonesia Chief Economist Helmi Arman mengatakan normalisasi aktivitas ekonomi terus berlanjut di kuartal 3/2020. Sementara itu, resiko terjadinya penarikan arus modal portofolio seperti pada kuartal I/2020 sudah mengecil. Sektor perbankan pun diperkirakan tetap sehat dan siap untuk mendukung pemulihan ekonomi setelah gelombang restrukturisasi diselesaikan.

"Pemulihan ekonomi akan dimulai dengan normalisasi belanja ritel dan bersifat kebutuhan sehari-hari. Normalisasi belanja untuk barang-barang tahan lama yang bernilai besar akan menyusul belakangan, seiring dengan pemulihan tingkat keyakinan konsumen dan membaiknya ketersediaan kredit," katanya.

Lebih lanjut, Helmi menuturkan bahwa permodalan perbankan akan terjaga dengan baik walaupun saat ini menghadapi gelombang restrukturisasi kredit.

"Tentunya restrukturisasi kredit akan mempengaruhi kinerja dan profitabilitas perbankan dalam jangka pendek, namun permodalan tidak akan tergerus secara signifikan. Rasio modal perbankan cukup tinggi ketika memasuki masa pandemi. Perbankan masih akan mampu mendukung perekonomian di masa pemulihan," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper