Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Keputusan The Fed, Dolar AS Melemah dan Harga Emas Makin Berkilau

Para pelaku pasar kini menanti penyataan dari The Fed terkait kebijakan moneter dan proyeksi ekonomi.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Senin (8/4/2019). Bloomberg/Andrew Harrer
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Senin (8/4/2019). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku pasar kini tengah menanti kebijakan moneter dari Federal Reserve, sehingga berdampak pada melemahnya dolar dan kenaikan harga emas.

Mengutip Business Insider, Kamis (17/9/2020), para analis memproyeksikan bahwa The Fed masih akan tetap berkomitmen berkomitmen pada suku bunga rendah.

The Federal Open Market Committee menetapkan kebijakan moneter dovish akan berdampak pada ekonomi, termasuk adanya pelemahan dolar. "FOMC akan sangat dovish bahkan jika mereka meningkatkan perkiraan PDB mereka," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di OANDA.

Suku bunga AS yang rendah membuat dolar kurang menarik bagi investor yang ingin memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Trik yang dilakukan investor adalah ramai-ramai menjual dolar dan menggantinya dengan mata uang lain yang memiliki imbal hasil lebih tinggi.

Kini pengamat pasar tidak mengharapkan kenaikan suku bunga acuan Fed untuk beberapa bulan ke depan. Kendati begitu, pelaku pasar masih tetap menunggu pertemuan untuk menyimpulkan keputusan dan melihat apakah bank sentral mengeluarkan proyeksi ekonomi yang mengejutkan.

Baru-baru ini, Federal Reserve meluncurkan strategi inflasi yang lebih longgar, memiliki kesempatan pada hari Rabu untuk mendukung rencana tersebut dengan lebih rinci karena mereka berupaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi AS.

Para pejabat diharapkan memproyeksikan suku bunga tetap mendekati nol hingga 2023, memperkuat pesan yang disampaikan oleh Ketua Jerome Powell pada akhir Agustus bahwa mereka akan menunda kebijakan pengetatan untuk mencapai inflasi yang rata-rata 2 persen dari waktu ke waktu.

“Bank sentral masih jauh dari kehabisan amunisi,” Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management, menulis dalam sebuah catatan kepada klien. "Investor harus mengambil posisi naik dalam ekuitas."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper