Bisnis.com, JAKARTA - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan buka suara mengenai bocoran dokumen milik Pemerintah Amerika Serikat. Dokumen ini berisi tentang transaksi janggal beberapa bank besar global, yang diduga meloloskan praktek pencucian uang.
Dokumen FinCEN Files tersebut juga mengungkapkan adanya aliran uang panas ke Indonesia, salah satunya dugaan transfer janggal pembelian jet tempur Sukhoi oleh Pemerintah Indonesia pada 2011-2013.
Menanggapi hal tersebut, Kepala PPATK Dian Ediana Rae menyatakan lembaganya telah mengetahui laporan-laporan transaksi mencurigakan FinCEN.
Pihaknya pun saat ini sedang menindaklanjuti laporan tersebut. Dia menolak mengkonfirmasi sejumlah temuan dalam bocoran dokumen FinCEN yang melibatkan perusahaan dan figur publik di Indonesia.
“Kami tak bisa memberikan informasi terkait kasus-kasus individual,” kata Dian seperti dilansir Tempo.co, Senin (21/9/2020).
Bocoran laporan ini menyebutkan FinCEN mendeteksi lalu lintas transfer yang melibatkan seorang pengusaha Indonesia bernama Sujito Ng dengan Rosoboronexport, perusahaan alat pertahanan milik pemerintah Rusia yang menyediakan Sukhoi, sepanjang 2011-2013.
Bocoran arsip yang dilihat Tempo menerangkan Rosoboron mentransfer sekitar US$52.000—kini senilai Rp 765 juta—ke rekening Sujito pada 28 Oktober 2011.
Sebelum masuk ke rekening pengusaha ini di Bank Mandiri cabang Singapura, duit itu diputar dahulu ke JSCB International Financial Club di Moskow, Rusia, serta JP Morgan Chase Bank di New York, Amerika.
Dalam dua kali kesempatan, pada 29 Desember 2011 dan 24 Januari 2012, Rosoboron kembali mengirim duit ke Sujito dengan total US$272.000—sekitar Rp 4 miliar—dengan pola yang sama.
JP Morgan Chase/Reuters-Lucas Jackson
Kali ini, JP Morgan membatalkan transaksi itu. “Lantaran kebijakan manajemen risiko yang melibatkan Rosoboronexport,” demikian tertulis pada dokumen tersebut.
Sujito belum menjawab konfirmasi yang dikirimkan ke kantor PT Trimarga di Jalan Raya Mabes Hankam Nomor 51, Cipayung, Jakarta Timur, hingga Sabtu, 19 September lalu.
Dokumen yang bocor itu juga mencakup ribuan transaksi senilai sedikitnya US$2 triliun sepanjang 2000-2017.
Sebagai informasi, bocoran dokumen tersebut didapatkan oleh Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (The International Consortium of Investigative Journalists, ICIJ) bersama dengan BuzzFeed News dan 108 mitra media lainnya di 88 negara.
Buzzfeed News adalah media pertama yang memperoleh dokumen yang disebut dengan FinCEN Files ini. Mereka kemudian membagikannya ke jaringan ICIJ.
Selama lebih dari 16 bulan, ICIJ menganalisis data tersebut. Selain itu, konsorsium jurnalis ini juga mengumpulkan pelbagai dokumen tambahan, baik berkas pengadilan atau wawancara ratusan orang, untuk mendukung bocoran FinCEN tersebut.
Dari investigasi ini terungkap bagaimana bank-bank besar tersebut diduga menyembunyikan uang panas yang berasal dari transaksi gelap seperti penipuan uang pensiunan, penambangan emas ilegal, penjualan narkotika, dan aktivitas kriminal lainnya.
Dokumen FinCEN ini juga mengungkapkan bagaimana pencucian uang menjadi sumber untuk melanggengkan rezim otoriter yang korup dan antidemokrasi di seluruh dunia.
Salah satu bank yang muncul dalam FinCEN Files adalah JP Morgan. Institusi keuangan yang berkantor pusat di New York ini diduga memindahkan uang milik perusahaan yang terafiliasi dengan "mafia paling berbahaya di dunia". Selain itu, bank ini juga ditengarai menampung uang hasil penjarahan dana publik di Venezuela, Malaysia dan Ukraina.
Dikonfirmasi soal ini, JP Morgan menjawab mereka terus berupaya meningkatkan sistem antipencucian uang (Anti-Money Laundering, AML) sejak 2014.
Bank ini menyebut, sudah mengucurkan ratusan juta dolar dan ribuan karyawan yang khusus fokus pada sistem antipencucian uang mereka. JP Morgan mengatakan akan terus berupaya memimpin perang melawan pencucian uang di sistem perbankan.