Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mencatat penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh tinggi pada Agustus 2020.
Berdasarkan data Analisis Uang Beredar BI, penghimpunan simpanan bank pada Agustus 2020 tercatat senilai Rp6.228,1 triliun, atau meningkat 10,9 persen yoy. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 7,7 persen yoy.
Jika dibandingkan dengan nominal pada bulan sebelumnya, simpanan perbankan naik Rp169,4 triliun dari Rp6.058,7 triliun berdasarkan data yang sama.
"Peningkatan DPK pada Agustus 2020 terjadi pada seluruh jenis DPK. Berdasarkan golongan nasabahnya, peningkatan DPK terjadi pada nasabah korporasi dan perorangan," tulis BI dalam laporan Analisis Perkembangan Uang Bereda Agustus 2020, Rabu (30/9/2020).
Secara umum, simpanan berjangka mencatat peningkatan, dari 5,5 persen yoy pada Juli 2020 menjadi 5,9 persen yoy, bersumber dari simpanan berjangka rupiah, terutama di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Giro mengalami peningkatan pertumbuhan dari 11,2 persen yoy pada Juli 2020 menjadi 22,2 persen yoy pada Agustus 2020, baik dalam valuta rupiah maupun valas, khususnya di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Sementara itu, tabungan tercatat meningkat dari 8,2 persen yoy pada Juli 2020 menjadi 10,2 persen yoy pada bulan laporan, terutama disebabkan tabungan rupiah dan valas di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo juga menjelaskan kondisi tabungan masyarakat yang cenderung meningkat di masa pandemi dikarenakan tidak adanya aktivitas ekonomi.
"Pertumbuhan DPK tinggi, lebih tinggi dari semester satu bahkan dari Juli. Terus meningkat ini karena masyarakat dalam konteks seperti ini pendapatannya lebih baik ditabung," tuturnya.
Di sisi lain, kredit yang disalurkan oleh perbankan tumbuh melambat pada Agustus 2020. Penyaluran kredit pada Agustus 2020 tercatat sebesar Rp5.520,9 triliun atau tumbuh 0,6 persen yoy, lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya 1,0 persen yoy.
"Perlambatan penyaluran kredit seiring dengan perlambatan kredit kepada debitur korporasi dan perorangan," tulis BI dalam laporannya.