Bisnis.com, JAKARTA - Posisi cadangan devisa dinilai masih bisa meningkat meski mengalami penyusutan pada September 2020.
Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Alexander Sugandi mengatakan penurunan ini disebabkan keluarnya arus modal asing dari pasar keuangan Indonesia, sehingga cadangan devisa digunakan Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Eric berpandangan, cadangan devisa pada akhir tahun berpotensi meningkat mencapai kisaran US$136-140 miliar, jika tidak ada tekanan yang signifikan terhadap rupiah.
"Biasanya asing akan masuk lagi ketika koreksi harga aset sudah dinilai cukup banyak," katanya kepada Bisnis, Rabu (7/10/2020).
Selain itu, menurutnya, cadangan devisa juga bisa meningkat jika pemerintah menerbitkan surat utang negara (SUN), di antaranya global bonds, menarik pinjaman luar negeri, serta neraca dagang yang surplus signifikan.
Di samping itu, peningkatan cadangan devisa menurut Eric juga dipengaruhi oleh likuiditas global dolar Amerika Serikat (AS) yang saat ini juga banyak karena bank-bank sentral di negara maju, terutama AS, Uni Eropa, dan Jepang, menerapkan rezim suku bunga rendah dan melakukan quantitative easing.
Baca Juga
"Dana-dana ini sebagian akan masuk ke emerging markets, termasuk ke Indonesia ketika kondisi ekonomi negara-negara ini membaik," jelasnya.
Meski demikian, Eric menambahkan, masih ada beberapa risiko eksternal yang bisa memberikan tekanan pada rupiah, di antaranya kasus Covid-19 di berbagai negara, juga gejolak pasar pada November 2020 yang berkaitan dengan Pilpres AS.
Sementara dari dalam negeri, resesi yang dialami Indonesia juga memiliki dampak terhadap persepsi investor asing.
Adapun, BI mencatat cadangan devisa pada September 2020 menyusut dari US$137,0 miliar pada Agustus 2020 menjadi US$135,2 miliar.
BI menyatakan posisi cadangan devisa pada September 2020 masih tetap tinggi, setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Posisi cadangan devisa ini juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.