Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi tipis pada Oktober 2020 setelah tiga bulan secara berturut-turut mencatatkan deflasi.
Inflasi pada Oktober 2020 tercatat sebesar 0,07 persen secara bulanan (month to month/mtm). Secara tahunan, inflasi pada periode tersebut mencapai 1,44 persen (year on year/yoy) dan secara tahun kalender, inflasi mencapai 0,95 persen (year to date/ytd).
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman berpendapat inflasi yang masih rendah pada awal kuartal keempat tersebut mendukung Bank Indonesia (BI) untuk tetap memiliki kebijakan moneter yang akomodatif ke depan.
Namun demikian, dia menilai kondisi tersebut sulit bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuan pada akhir 2020, yang saat ini berada pada level 4 persen.
"Ruang untuk penurunan suku bunga 25 basis poin menjadi 3,75 persen pada kuartal IV/2020 saat ini semakin menyempit untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," katanya dalam keterangan resmi, Senin (2/11/2020).
Oleh karena itu, kata Faisal, penurunan suku bunga BI ke depan akan sangat bergantung pada kondisi stabilitas eksternal.
Baca Juga
Faisal memperkirakan tingkat inflasi pada akhir 2020 akan berada pada kisaran 1 hingga 1,4 persen, lebih rendah dari target batas bawah BI yang ditetapkan sebesar 2 persen.
"Ini berarti perkiraan kami lebih rendah dari target bawah Bank Indonesia tahun 2020 sebesar 2 persen. Ini juga lebih rendah dari realisasi inflasi 2019 yang sebesar 2,59 persen," katanya.
Menurutnya, penyumbang inflasi pada tahun ini, lebih didorong oleh inflasi pada kelompok pengeluaran perawatan kesehatan dan peningkatan harga emas perhiasan yang relatif lebih tinggi. Sementara itu, sisi permintaan masih lemah akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.