Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. masih menghitung jumlah debitur restrukturisasi di segmen kredit pemilikan rumah yang kemungkinan akan mendapat perpanjangan relaksasi keringanan cicilan tersebut.
Executive Vice President Consumer Loans Bank Mandiri Ignatius Susatyo Wijoyo mengatakan saat ini pengajuan restrukturisasi sudah berkurang. Hingga September 2020, realisasi restrukturisasi KPR adalah senilai Rp9,5 triliun. Porsinya mencapai 20 persen dari total debitur KPR Bank Mandiri.
Menurutnya, perpanjangan restrukturisasi berpeluang kembali didapatkan oleh para debitur bila merujuk pada keputusan Otoritas Jasa Keuangan. Namun, pihaknya saat ini masih melakukan perhitungan debitur-debitur yang dianggap layak mendapatkan perpanjangan restrukturisasi.
Susatyo memproyeksi perpanjangan restrukturisasi kemungkinan akan diberikan kepada sekitar 25% sampai 30% debitur dari yang sebelumnya telah mendapatkan keringanan pembayaran kredit.
"Mungkin 30% ya, kebanyakan akan geser sampai Maret tahun depan, kita baru masuk untuk melihat, ada yang enam bulan dari April ketemu September atau Oktober membayar angsuran kembali," katanya kepada Bisnis, Jumat (6/11/2020).
Selain melakukan restrukturisasi, saat ini Mandiri juga sedang fokus menggenjot penyaluran KPR yang pertumbuhannya mulai terasa pada Agustus 2020 lalu. Penjualan KPR Mandiri pada Agustus 2020 telah menyentuh rata-rata penjualan normal yakni Rp800 miliar hingga Rp850 miliar. Kondisi ini membaik dari realisasi bulan-bulan kuartal II/2020 dengan penjualan yang hanya menyentuh Rp300 juta hingga Rp400 juta per bulan.
Baca Juga
Adapun Bank Mandiri membukukan penyaluran KPR senilai Rp43 triliun pada kuartal III/2020 atau turun 0,4% secara tahunan (year on year/yoy). Padahal, KPR menyumbang porsi paling besar pada kredit konsumer Mandiri yakni sebesar 49,1%.
"Kita Maret, April, Mei, hampir tidak ada booking, kalaupun ada kecil sekali, kita hanya fokus restrukturisasi, terus mulai Juli Agustus September ada booking lagi, bahkan Agustus sudah mulai seperti kondisi normal yang rata-rata jual Rp800 miliar sampai Rp 850 miliar," sebutnya.