Bisnis.com, JAKARTA - Sama seperti lembaga jasa keuangan lain, industri pergadaian masih menghadapi risiko bisnis berupa potensi kredit bermasalah yang mempengaruhi pelelangan.
Ketua Umum Perkumpulan Perusahaan Gadai Indonesia (PPGI) sekaligus Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk PT Pegadaian (Persero) Harianto Widodo mengungkap bahwa kondisi perekonomian yang belum menentu menjadi penyebabnya.
"Lelang dalam kondisi seperti ini masih sulit. Karena daya beli masyarakat untuk membeli barang lelang itu menurun, apalagi kalau harganya turun. Ini diwaspadai sama semua teman-teman industri gadai," ujarnya kepada Bisnis, Senin (16/11/2020).
Oleh sebab itu, taksiran harga lelang atas agunan yang digadaikan masih menjadi perhatian para perusahaan gadai, demi menerapkan prinsip lebih berhati-hati dalam menjalani bisnis.
Jangan sampai taksiran harga pemberian pinjaman yang berpotensi bermasalah, ketika dilelang nantinya justru lebih rendah atau tak bisa menutup kewajiban dan bunga sehingga menjadi kerugian.
Menurut Harianto, inilah salah satu dilema yang masih dihadapi perusahaan gadai saat ini, kendati permintaan atas jasa gadai masih diminati dan terus meningkat.
Baca Juga
"Misalnya, harga mobil bekas, motor bekas, elektronik, masih turun semua. Ini masih diwaspadai. Makanya sebelum perekonomian stabil, perusahaan gadai itu masih berhati-hati," tambahnya.
Berdasarkan Statistik Perusahaan Pergadaian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2020, pembiayaan oleh industri gadai mencapai Rp56,67 triliun tumbuh dibandingkan dengan posisi Agustus 2019 senilai Rp45,85 triliun.
Pegadaian selaku perusahaan pelat merah masih mendominasi dengan porsi Rp56,1 triliun, sedangkan seluruh perusahaan swasta lain menyalurkan Rp566 miliar