Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memandang persepsi risiko perbankan masih menjadi kendala dalam peningkatan kinerja fungsi intermediasi dan pemulihan ekonomi nasional.
Gubernur Bank Indonesia Perry Wrjiyo menyampaikan pertumbuhan kredit perbankan terkontraksi sangat dalam pada tahun lalu yakni -2,41 persen secara tahunan.
"Hal ini disebabkan oleh permintaan kredit dari dunia usaha yang rendah sekaligus persepsi risiko perbankan," sebutnya dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan BI, Kamis (21/1/2021).
Padahal, dia menyampaikan likuiditas perbankan saat ini tergolong longgar didorong oleh pertumbuhan dana masyarakat 11,11 persen secara tahunan per akhir tahun lalu.
Dia pun menyampaikan ketahanan sistem keuangan di sektor perbankan terkelola dengan sangat baik.
Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 24,13 persen pada November tahun lalu, sedangkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bruto berada pada 3,18 persen dan 0,99 persen netto.
"Ketahanan sistem keungan masih terjaga meskipun risiko sistem keuangan akibat pandemi terus kami cermati," sebutnya.
Adapun, pada RDG awal tahun ini, Bank Sentral memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan sebesar 3,75 persen.
RDG ini juga menetapkan suku bunga deposito facility juga tetap pada 3 persen dan suku bunga lending facility 4,5 persen.