Bisnis.com, JAKARTA - Proses pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) PT Bank Net Indonesia Syariah bakal dilaksanakan esok, Senin (1/2/2021) dengan kode BANK.
Pencatatan saham ini dilakukan di tengah iklim pasar modal yang sudah 7 hari perdagangan terakhir berada di zona merah. Bagaimana prospek emiten Bank Net yang sebagian sahamnya dimiliki oleh putra CEO Sinar Mas Gandhi Sulistyanto itu?
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan kondisi saat ini dinilai kurang menguntungkan untuk melaksanakan aksi penawaran umum perdana saham. Sebab, pada masa pandemi likuiditas menjadi terbatas, kecuali calon emiten memiliki pembeli siaga yang siap menangkap peluang IPO tersebut.
"Dari sisi pasar ada secercah harapan, artinya ada yang IPO di tengah pandemi. Tapi harus siap dengan konsekuensi apabila IPO di tengah pasar yang sedang lesu saat ini, jika hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi," katanya, Minggu (31/1/2021).
Jumlah saham yang dicatatkan BANK dalam perdagangan perdananya sebanyak 13,06 miliar saham. Terdiri dari saham pendiri sebesar 8,06 miliar saham dan penawaran umum saham sebesar 5 miliar saham.
Harga penawaran umum saham telah ditetapkan sebesar Rp103 per saham. Dengan demikian, nilai dana yang berpotensi dikantongi bank itu sekitar Rp515 miliar. Keseluruhan dana hasil IPO akan digunakan oleh perseroan untuk modal kerja seperti biaya pemeliharaan IT dan penunjangnya dan modal kerja lainnya.
Baca Juga
Bank Net Syariah akan menjadi Bank pertama yang melantai di Bursa pada 2021. Tahun sebelumnya tercatat dua bank mencatatkan sahamnya di BEI. Mereka adalah PT Bank Amar Indonesia Tbk. pada 9 Januari 2020 dan PT Bank Bisnis Internasional Tbk. (BBSI) pada 7 September 2020.
Sebagai gambaran dalam sebulan terakhir, saham BBSI telah menguat 10,24 persen ke level Rp915 pada penutupan perdagangan Jumat (29/1/2021). Sebaliknya, saham AMAR longsor 13,38 persen dalam periode yang sama ke level Rp246.
Trioksa mengatakan saham Bank Net Syariah memiliki prospek menarik seiring dengan rencana strategis bank yang akan bertransformasi menjadi bank digital. Seperti halnya PT Bank Jago Tbk. (ARTO) yang mencatatkan kenaikan harga saham 55,81 persen dalam sebulan terakhir.
Menurutnya, semua bank akan mengarah pada bank digital karena lebih efisiensi. Hanya saja, investor tentu menanti hal yang berbeda yang akan ditampilkan perseroan pada layanan digital bankingnya.
"Tidak ada sesuatu hal yang istimewa lagi untuk mengarah ke sana. Apa yang berbeda untuk ditampilkan di digital banking di Bank Net Syariah nantinya?" imbuhnya.